Pemilik Emas Mari Berdoa, Semoga Emas Tahan Banting Pekan Ini
Harga emas diperkirakan akan bergejolak pekan ini menyusul banyaknya data dan agenda penting di Amerika Serikat (AS) pada pekan ini
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (9/6/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.60,60 per troy ons. Harganya melemah 0,36%.
Meski demikian, secara keseluruhan, emas masih menguat 0,67%. Penguatan dalam sepekan tersebut bahkan menjadi yag terbaik sejak awal Mei atau lima pekan terakhir.
Emas masih melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan Senin (12/6/2023) pukul 06:32 WIB, harga emas di pasar spot ada di posisi US$ 1.958,92. Harganya melemah 0,09%.
Analis independen Tai Wong menjelaskan jika emas kemungkinan akan bergerak volatile. Namun, gerak emas kemungkinan tidak akan melewati batas bawa US$ 1.940.
“Emas kemungkinan akan bergerak di kisaran US$ 1.940-1.990 per troy ons pada minggu ini. Emas akan sangat sensitive terhadap pergerakan data ekonomi yang melemah atau menguat,” tutur Tai Wong, dikutip dari Reuters.
Emas akan menghadapi periode genting pekan ini karena banyaknya data dan agenda penting di AS dari rapat Federal Open Market Committee (FOMC) hingga data inflasi.
AS akan mengumumkan data inflasi untuk Mei pada Selasa (13/6/2203) dan data indeks harga produsen (IPP) pada Rabu (14/6/2023).
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi Negeri Paman Sam pada bulan lalu akan kembali turun menjadi 4,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada April lalu sebesar 4,9%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS diprediksi juga menurun menjadi 0,2%, dari sebelumnya pada April lalu sebesar 0,4%.
Baik data inflasi AS dan IPP akan menjadi pertimbangan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan suku bunga pada Rabu pekan ini atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Rapat FOMC pada bulan ini sangat ditunggu-tunggu karena menjawab teka teki kebijakan The Fed. Mayoritas pasar meyakini jika The Fed akhirnya akan mulai melakukan pivot kebijakan dengan mengakhiri kebijakan hawkishnya.
Pasar berekspektasi jika The Fed akan mulai menahan suku bunga acuan setelah mengerek suku bunga acuan sebesar 500 bps sejak Maret tahun lalu menjadi 5-5,25%.
Namun, sebagian pasar masih meyakini jika The Fed akan menaikkan satu lagi kenaikan pada Juni ini sebelum akhirnya menahan bahkan memangkas suku bunga pada Juli.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 70,1% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% – 5,25%.
Data inflasi pad Selasa diyakini akan menjadi penggerak harga emas hingga rapat FOMC tiba.
Jika inflasi melandai maka ada harapan jika The Fed akan melunak dan segera menahan suku bunga. Kondisi ini berdampak positif ke emas.
Namun, jika inflasi di atas ekspektasi maka harapan The Fed melunak akan menjauh sehingga harga emas akan tertekan.
Namun, puncak yang ditunggu-tunggu pelaku emas adalah pengumuman kebijakan The Fed pada Rabu.
Jika The Fed tetap hawkish maka itu akan membuat emas terperosok. Pasalnya, kebijakan hawkish akan membuat dolar AS menguat sehingga emas tidak menarik karea semakin tidak terjangkau.
Kebijakan hawkish juga akan membuat yield surat utang pemerintah AS menguat. Emas tidak menawarkan yield sehingga kenaikan yield membuat emas tidak menarik.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Sindonews.com