Minyak Bangkit Usai Jatuh ke Level Terendah dalam 15 Bulan
Harga minyak mentah membaik dan naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Senin (20/3) waktu AS atau Selasa (21/3) pagi WIB.
Kenaikan terjadi setelah harga minyak jatuh ke level terendah dalam 15 bulan imbas kekhawatiran pasar bahwa krisis perbankan AS bakal memicu resesi dan berdampak pada permintaan bahan bakar.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk April naik 90 sen atau 1,4 persen menjadi US$67,64 per barel menjelang berakhirnya kontrak. Kontrak berjangka Mei yang lebih aktif diperdagangkan naik 89 sen atau 1,3 persen menjadi US$67,82 per barel.
Senada, minyak mentah berjangka Brent untuk Mei juga naik 82 sen atau 1,1 persen menjadi US$73,79 per barel.
Analis menyebut kenaikan harga minyak ditopang penguatan Wall Street. Sebelumnya, Brent dan WTI turun sekitar US$3 per barel ke level terendah sejak Desember 2021, dengan WTI tenggelam di bawah US$65 per barel.
Pekan lalu, kedua tolok ukur minyak ini bahkan turun lebih dari 10 persen karena krisis perbankan semakin dalam.
Penurunan awal minyak terjadi meskipun ada kesepakatan bersejarah di mana UBS, bank terbesar Swiss, setuju untuk membeli Credit Suisse (CSGN.S) dalam upaya menyelamatkan bank terbesar kedua di negara itu.
Senada, minyak mentah berjangka Brent untuk Mei juga naik 82 sen atau 1,1 persen menjadi US$73,79 per barel.
Analis menyebut kenaikan harga minyak ditopang penguatan Wall Street. Sebelumnya, Brent dan WTI turun sekitar US$3 per barel ke level terendah sejak Desember 2021, dengan WTI tenggelam di bawah US$65 per barel.
Pekan lalu, kedua tolok ukur minyak ini bahkan turun lebih dari 10 persen karena krisis perbankan semakin dalam.
Penurunan awal minyak terjadi meskipun ada kesepakatan bersejarah di mana UBS, bank terbesar Swiss, setuju untuk membeli Credit Suisse (CSGN.S) dalam upaya menyelamatkan bank terbesar kedua di negara itu.
Setelah kesepakatan diumumkan, Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan bank sentral utama lainnya berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.
“Ada banyak pergerakan berbasis rasa takut (dalam harga minyak),” kata analis Price Futures Group Phil Flynn.
“Kami tidak bergerak sama sekali pada fundamental penawaran dan permintaan, kami hanya bergerak pada masalah perbankan,” imbuhnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Tempo.co