1,3 Juta Warga Thailand Sakit Gegara Polusi Udara Parah
Sekitar 1,32 juta warga Thailand menderita berbagai penyakit akibat polusi udara parah yang melingkupi negara itu sejak awal tahun ini.
Sekretaris Tetap Kesehatan Masyarakat Thailand Opart Karnkawinpong mengatakan sebanyak 582.238 kasus penyakit pernapasan terjadi selama awal Januari hingga 5 Maret.
Selain itu, Thailand juga mencatat 267.161 kasus infeksi kulit, 242.805 infeksi mata, dan 208.880 kasus stroke dalam kurun waktu tersebut.
“Pekan ini saja, ada 196.311 kasus penyakit terkait polusi udara,” kata Karnkawinpong seperti dikutip Thai PBS, Kamis (9/3).
Penyakit-penyakit itu terjadi terutama karena polusi udara parah yang akibat debu dengan materipartikulat (PM) hingga 2,5, juga asap dari kebakaran hutan hingga pembakaran limbah.
Menurut Karnkawinpong, PM2,5 itu muncul seiring dengan peningkatan perjalanan di tahun ini usai pandemi Covid-19 tak lagi menghalangi mobilitas warga.
PM2,5 sendiri merupakan partikel halus berukuran 2,5 mikron atau lebih kecil yang bisa masuk ke paru-paru dan menyebabkan masalah pada hidung, tenggorokan, dan mata.
Menurut laporan polusi udara dari Departemen Pengendalian Polusi Thailand, PM2,5 terdeteksi melebihi tingkat aman di negara itu, yakni 50 mikron, selama tiga hari berturut-turut di sejumlah wilayah.
Wilayah-wilayah itu antara lain Chiang Mai, Chiang rai, Phrae, Phayao, Lamphun, Lampang, Mae Hong Son, Uttaradit, Sukhothai, Tai, Phitsanulok, Nan, Nonthaburi, Phetchabun, dan 50 distrik lainnya di Bangkok.
Sebanyak 36 provinsi lain juga dilaporkan mencatat lebih dari 50 mikron PM2,5, tapi tak berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Pada Sabtu (11/3), Menteri Dalam Negeri Thailand Anupong Paojinda pun mengatakan kebijakan work from home (WFH) kemungkinan bakal diterapkan di Bangkok apabila tingkat polusi udara tak kunjung membaik.
Dia juga mengatakan warga tak diperkenankan membawa kendaraan guna mengurangi polusi.
Departemen Pengendalian Polusi juga mewanti-wanti warga agar memonitor tingkat debu, khususnya pada 15-18 Maret.
Berdasarkan pengamatan departemen tersebut, debu kemungkinan makin parah di periode itu karena partikel debu ditiup angin dari daerah di luar ibu kota.
Presiden Asosiasi Kualitas Udara Dalam Ruangan, Praphan Phongkiatkul, juga menyarankan agar warga mengenakan masker ketika berada di luar, seperti dikutip Bangkok Post.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : RMOL