Wall Street Anjlok, Tiga Indeks Utama Merosot Hampir 2 Persen
Wall Street anjlok pada Rabu (18/1) dengan 3 indeks utama merosot hampir 2 persen. Bursa saham Amerika Serikat (AS) itu terguncang kekhawatiran resesi hingga komentar hawkish The Fed.
Indeks Dow Jones Industrial Average ambruk 613,89 poin atau setara 1,81 persen menjadi 33.296,96, indeks S&P 500 turun 62,11 poin atau 1,56 persen ke 3.928,86, dan indeks Nasdaq Composite melemah 138,10 poin atau setara 1,24 persen ke 10.957,01.
Mengutip Reuters, penurunan tersebut sekaligus menjadi kerugian pertama Nasdaq dalam delapan sesi. Sementara itu, ini adalah penurunan kedua bagi S&P dalam tingkat persentase harian terbesar sejak 15 Desember.
Sektor terlemah pada penutupan tersebut adalah bahan pokok konsumen defensif yang turun 2,7 persen dan utilitas melemah 2,4 persen. Sedangkan kinerja terbaik dicatat sektor yang lebih berat pertumbuhannya, seperti layanan komunikasi minus 0,9 persen dan teknologi yang turun 1,3 persen.
Presiden The Fed St. Louis James Bullard dan Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester sempat membuat komentar hawkish di hari tersebut. Keduanya menekankan The Fed perlu menaikkan suku bunga di atas 5 persen untuk menurunkan inflasi AS.
Menjelang sore menuju penutupan, Presiden The Fed Philadelphia Patrick Harker memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga beberapa kali lagi tahun ini. Namun, ia mengulangi ucapan sebelumnya tentang kesiapan Bank Sentral AS untuk lebih lambat menaikkan suku bunga melihat tanda-tanda pendinginan inflasi.
“Tampaknya investor akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa mengendalikan inflasi bukanlah makan siang gratis dan semua pengetatan yang harus dilakukan The Fed untuk membuat inflasi bergerak ke arah yang benar disertai dengan biaya ekonomi,” kata Vice President of Investment Strategy di Glenmede Michael Reynolds, Kamis (19/1).
Reynolds mengatakan bahwa investor mungkin memiliki keyakinan yang salah terhadap skenario soft landing. Skenario ini dipandang sebagai peristiwa probabilitas lebih tinggi dibanding yang sebenarnya.
Sebelum bursa dibuka, data ekonomi AS memang menunjukkan penjualan eceran dan harga produsen yang turun lebih dari perkiraan pada Desember. Data produksi di pabrik-pabrik AS juga turun lebih dari harapan pada November tahun lalu.
Di lain sisi, rata-rata utama Wall Street mencatat keuntungan di awal 2023. Chief Investment Strategist di CFRA Sam Stovall menilai beberapa investor pada akhirnya memanfaatkan data ekonomi AS yang lemah sebagai peluang untuk mengambil keuntungan.
“Pasar overbought. Data ekonomi hari ini berfungsi sebagai pemicu untuk memulai aksi ambil untung dan kelompok dengan keuntungan terbanyak adalah yang terbaik tahun lalu,” kata Stovall.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Market Bisnis