Nepal Berkabung Usai Kecelakaan Pesawat Tewaskan Hampir Seluruh Penumpang
Nepal memperingati hari berkabung pada Senin, 16 Januari 2023 untuk para korban bencana penerbangan Yeti Airlines ATR 72. Kecelakaan ini yang paling mematikan di negara itu dalam tiga dekade.
Sebanyak 68 orang dipastikan tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut, dengan empat lainnya masih dinyatakan hilang.
Pesawat ATR 72 milik Yeti Airlines jatuh ke jurang yang curam, hancur berkeping-keping dan terbakar dengan 72 orang di dalamnya saat mendekati pusat kota Pokhara pada Minggu, 15 Januari kemarin.
Tentara menggunakan tali dan tandu untuk mengambil jenazah dari jurang sedalam 300 metee hingga larut malam, dengan upaya pemulihan akan dilanjutkan pada hari ini.
“Sejauh ini kami telah mengirim 63 jenazah ke rumah sakit,” kata petugas polisi AK Chhetri, dilansir dari AFP.
“Karena kabut, pencarian dihentikan sementara. Kami akan melanjutkan pencarian setelah satu atau dua jam setelah cuaca cerah,” sambungnya.
Belum ada kabar tentang nasib kelima orang yang masih belum ditemukan itu.
Puing-puing dari pesawat turboprop bermesin ganda berserakan di lokasi kecelakaan, termasuk sisa-sisa sayap dan kursi penumpang yang hancur.
Petugas penyelamat dilarikan ke sana setelah kecelakaan itu, dan mencoba memadamkan api yang mengirimkan asap hitam tebal ke langit.
Tercatat ada 15 orang asing dalam manifes penumpang, termasuk lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea Selatan, dan masing-masing satu penumpang dari Argentina, Australia, Prancis, dan Irlandia. Jumlah warga asing disampaikan oleh juru bicara Yeti Sudarshan Bartaula kepada AFP. Sisanya adalah orang Nepal.
“Berita yang sangat menyedihkan dari Nepal tentang sebuah pesawat jatuh dengan banyak penumpang,” kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese. Ia menambahkan bahwa pemerintahnya sedang mencari informasi tentang warga negara Australia di dalam pesawat.
Terdengar seperti bom
Dikutip dari Channel News Asia, ATR 72 sedang dalam penerbangan dari ibu kota Kathmandu dan terjun ke jurang antara bandara internasional baru Pokhara dan bandara domestik lama sesaat sebelum pukul 11 ????pagi pada hari Minggu.
“Saya sedang berjalan ketika saya mendengar ledakan keras, seperti bom meledak,” kata saksi Arun Tamu, 44, yang berada sekitar 500 meter jauhnya dan menyiarkan langsung video puing yang terbakar di media sosial.
“Beberapa dari kami bergegas untuk melihat apakah kami dapat menyelamatkan seseorang. Saya melihat setidaknya dua perempuan bernapas. Api menjadi sangat kuat dan membuat kami sulit untuk mendekat,” kata mantan tentara itu.
Tidak jelas apakah ada orang di darat yang terluka.
“Pikiran pertama kami tertuju pada semua individu yang terkena dampak ini,” kata produsen pesawat ATR yang berbasis di Prancis dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
“Spesialis ATR sepenuhnya terlibat untuk mendukung penyelidikan dan pelanggan,” sambung mereka.
Industri udara Nepal telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, membawa barang dan orang di antara daerah yang sulit dijangkau, serta mengangkut pendaki gunung asing.
Tapi hal itu terganggu oleh keamanan yang buruk karena pelatihan dan pemeliharaan yang tidak memadai. Uni Eropa telah melarang semua maskapai penerbangan Nepal dari wilayah udaranya karena masalah keamanan.
Nepal juga memiliki beberapa landasan pacu paling terpencil dan rumit di dunia, diapit oleh puncak yang tertutup salju dengan pendekatan yang menimbulkan tantangan bahkan bagi pilot handal sekalipun.
Cuaca juga terkenal berubah-ubah dan sulit diramalkan, terutama di pegunungan, di mana kabut tebal dapat tiba-tiba menutupi seluruh gunung dari pandangan.
Kecelakaan penerbangan paling mematikan di Nepal terjadi pada 1992, ketika semua 167 orang di pesawat jet Pakistan International Airlines tewas ketika jatuh saat mendekati Kathmandu.
Sumber : medcom.id
Gambar : Suara.com