Dolar AS Tergelincir Imbas Kebijakan Covid Tiongkok dan Data Pengangguran AS
Dolar AS tergelincir terhadap sebagian besar mata uang utama pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor gelisah terhadap kebijakan pembukaan pembatasan kembali oleh Tiongkok gagal dan pasar mencerna data klaim pengangguran AS. Pasar mempertimbangkan dampak pelonggaran cepat aturan covid-19 terhadap lonjakan infeksi baru.
“Tiongkok adalah salah satu kunci menurut saya hingga 2023, dan apa yang terjadi pada ekonomi global,” kata Presiden Pasar Dunia di TIAA Bank Chris Gaffney melansir Antara, Jumat, 30 Desember 2022.
Menyusul pencabutan aturan karantina Tiongkok untuk pelancong yang masuk mulai 8 Januari, Amerika Serikat, Jepang, India, dan negara lain mengatakan mereka akan mewajibkan tes covid untuk pelancong dari Tiongkok.
“Jika mereka dapat bangkit kembali dari pelambatan dramatis yang telah kita lihat, itu membantu pertumbuhan keseluruhan pada skala global, tetapi di sisi lain, itu juga dapat menyebabkan permintaan energi yang lebih tinggi dan lebih banyak permintaan berarti harga yang lebih tinggi,” kata Gaffney.
Setelah mencapai tertinggi satu minggu terhadap yen pada Rabu, 28 Desember 2022 dolar AS menyentuh 134,40, greenback mencapai sesi terendah terhadap yen pada Kamis, 29 Desember 2022. Dolar AS terakhir turun 1,1 persen terhadap yen menjadi 133,005.
Dolar AS juga jatuh terhadap franc Swiss ke level 0,9208, level terendah sejak 31 Maret. Terakhir turun 0,71 persen terhadap franc Swiss di 0,922.
Terhadap sebagian besar mata uang dunia, indeks dolar AS turun 0,479 persen menjadi 103,840, setelah naik 0,18 persen di sesi sebelumnya.
Di samping itu, Kepala Penelitian Valas G10 Standard Chartered, Steve Englander mengatakan, penurunan dolar AS itu mungkin merupakan reaksi terhadap angka baru klaim pengangguran AS.
Departemen Tenaga Kerja menemukan jumlah orang yang menerima tunjangan setelah minggu pertama bantuan naik menjadi 1,710 juta pada pekan yang berakhir 17 Desember.
“Secara historis, ketika anda memiliki laju peningkatan klaim berkelanjutan, itu merupakan sinyal awal dari penurunan,” kata Englander.
Tetapi para analis memperingatkan agar tidak terlalu banyak membaca pergerakan harga di tengah volume perdagangan yang rendah karena pasar memasuki tahun baru.
“Ini akhir tahun dan ada masalah likuiditas dan sebagainya, jadi pasar mungkin bereaksi lebih banyak terhadap data yang masuk daripada keadaan likuiditas normal,” kata Englander.
Poundsterling naik 0,42 persen terhadap dolar AS menjadi 1,207 setelah tergelincir 0,11 persen pada hari sebelumnya. Aussie naik 0,70 persen versus greenback di 0,678 dolar AS, sedangkan kiwi naik 0,68 persen menjadi 0,635 dolar AS.
Sumber : medcom.id
Gambar : Antara News