Tekanan Inflasi Meninggi, Harga Emas Anjlok
Emas turun tajam pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), memperpanjang kerugian untuk sesi ketiga berturut-turut, tertekan dolar yang menguat untuk sesi keempat beruntun. Investor memperkirakan data inflasi pekan ini kemungkinan akan menunjukkan bahwa tekanan harga tetap tinggi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, anjlok USD34,10 atau 1,99 persen menjadi USD1.675,20 per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi sesi di USD1.707,40 dan terendah sesi di USD1.672,50.
Dolar AS menguat untuk sesi keempat berturut-turut pada Senin, 10 Oktober 2022, dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,31 persen menjadi 113,1450 ketika pelaku pasar menunggu laporan inflasi utama AS.
Pedagang sedang menunggu indeks harga konsumen AS untuk September yang akan dirilis pada Kamis, 13 Oktober 2022, Investor khawatir data dapat meningkatkan tekanan pada Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga secara agresif, kemungkinan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi pada pertemuan bank sentral November.
Emas juga melihat sedikit permintaan safe haven di tengah memburuknya kondisi geopolitik di Eropa dan Asia. Dolar, di sisi lain, naik tajam setelah laporan pekerjaan pada Jumat, 7 Oktober 2022, dan tetap terjepit di dekat level tertinggi 20 tahun. Kekhawatiran eskalasi dalam perang Rusia-Ukraina meningkat setelah ledakan jembatan penting antara Rusia dan Krimea, yang Presiden Vladimir Putin menyalahkan Ukraina.
Ketegangan di semenanjung Korea juga meningkat setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik pada Minggu, 9 Oktober 2022, menyusul latihan militer AS di wilayah tersebut. Berita itu tidak banyak mendorong emas, mengingat dolar sebagian besar telah mengambilalih emas sebagai pilihan tempat investasi aman tahun ini.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 64 sen atau 3,16 persen, menjadi USD19,615 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun USD22,10 atau 2,41 persen, menjadi USD895,80 per ounce.
Sumber : medcom.id
Gambar : Sindonews.com