Biden Siapkan Strategi Dinginkan Harga Minyak
OPEC+ menyetujui pengurangan produksi minyak yang tajam pada Rabu, 6 Oktober 2022, membatasi pasokan di pasar yang sudah ketat, menyebabkan salah satu bentrokan terbesar organisasi tersebut dengan Barat ketika pemerintah AS menyebut keputusan itu picik.
Pemimpin de facto OPEC Arab Saudi mengatakan pemotongan produksi dua juta barel per hari (bph), atau sama dengan dua persen dari pasokan global, diperlukan untuk menanggapi kenaikan suku bunga di Barat dan ekonomi global yang melemah.
Negara Kerajaan itu menolak kritik mereka berkolusi dengan Rusia, yang termasuk dalam kelompok OPEC+, untuk mendorong harga lebih tinggi dan mengatakan Barat sering didorong arogansi kekayaan ketika mengkritik kelompok tersebut. Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden akan terus menilai apakah akan merilis cadangan minyak strategis lebih lanjut untuk menurunkan harga.
“Presiden kecewa dengan keputusan picik OPEC+ untuk memangkas kuota produksi sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari invasi (Presiden Rusia Vladimir) Putin ke Ukraina,” kata Gedung Putih dikutip dari Antara, Kamis, 6 Oktober 2022.
Biden menghadapi peringkat persetujuan yang rendah menjelang pemilihan paruh waktu karena inflasi yang melonjak dan telah meminta Arab Saudi, sekutu lama AS, untuk membantu menurunkan harga.
Para pejabat AS mengatakan sebagian alasan Washington menginginkan harga minyak yang lebih rendah adalah untuk menghilangkan pendapatan minyak Moskow.
Biden melakukan perjalanan ke Riyadh tahun ini tetapi gagal mendapatkan komitmen kerja sama yang kuat tentang energi. Hubungan semakin tegang karena Arab Saudi tidak mengutuk tindakan Moskow di Ukraina.
Pengurangan pasokan minyakdapat memacu pemulihan harga minyak yang telah turun menjadi sekitar USD90 dari USD120 tiga bulan lalu di tengah kekhawatiran resesi ekonomi global, kenaikan suku bunga AS dan dolar yang lebih kuat.
Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman mengatakan OPEC+ perlu proaktif karena bank sentral di seluruh dunia bergerak untuk mengatasi inflasi yang melonjak dengan suku bunga yang lebih tinggi.
Pemotongan produksi Rabu, 5 Oktober 2022, sebesar dua juta barel per hari didasarkan pada angka-angka dasar yang ada, yang berarti pemotongan tersebut tidak akan terlalu dalam karena produksi OPEC+ turun sekitar 3,6 juta barel per hari dari target produksinya pada Agustus.
Kurangnya produksi terjadi karena sanksi Barat terhadap negara-negara seperti Rusia, Venezuela dan Iran dan masalah produksi dengan produsen seperti Nigeria dan Angola. Pangeran Abdulaziz mengatakan pemotongan sebenarnya adalah 1,0 juta hingga 1,1 juta barel per hari.
Analis dari Jefferies mengatakan mereka memperkirakan angka tersebut sebesar 0,9 juta barel per hari, sementara Goldman Sachs memperkirakan angka tersebut pada 0,4 juta hingga 0,6 juta barel per hari dengan mengatakan pemotongan terutama akan datang dari produsen OPEC Teluk seperti Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab dan Kuwait.
Pihak Barat telah menuduh Rusia mempersenjatai energi, dengan melonjaknya harga gas untuk menciptakan krisis di Eropa yang dapat memicu penjatahan gas dan listrik musim dingin ini.
Moskow, sementara itu, menuduh Barat mempersenjatai dolar dan sistem keuangan seperti mekanisme pembayaran internasional SWIFT sebagai pembalasan atas pengiriman pasukan Rusia ke Ukraina pada Februari.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, yang dimasukkan AS ke dalam daftar sanksi khusus warga negara minggu lalu, juga melakukan perjalanan ke Wina untuk berpartisipasi dalam pertemuan.
Novak tidak berada di bawah sanksi Uni Eropa. Dia dan anggota OPEC+ lainnya sepakat untuk memperpanjang kesepakatan kerja sama dengan OPEC satu tahun lagi hingga akhir 2023. Pertemuan OPEC+ berikutnya akan berlangsung pada 4 Desember. OPEC+ akan pindah ke pertemuan setiap enam bulan, bukan pertemuan bulanan.
Sumber : medcom.id
Gambar : Tempo.co