Antigua dan Barbuda Wacanakan Referendum untuk Berpisah dari Monarki Inggris
Raja Charles III baru saja naik takhta pekan kemarin, namun salah satu pemimpin di wilayah Karibia melontarkan wacana untuk berpisah dari Persemakmuran Inggris.
Gaston Browne, perdana menteri Antigua dan Barbuda, mengumumkan bahwa dirinya berencana mengadakan referendum dalam waktu tiga tahun ke depan. Referendum itu bertujuan untuk memisahkan diri dan mendeklarasikan Antigua dan Barbuda sebagai sebuah republik.
“Ini adalah isu yang harus dibawa ke referendum untuk nantinya diputuskan sendiri oleh masyarakat,” ujar Browne, seperti dikutip dari laman NPR pada Senin, 12 September 2022.
Browne menegaskan bahwa wacana referendum ini bukan merupakan bentuk ketidakhormatan terhadap monarki Inggris. Wacana ini juga tidak seharusnya dipandang sebagai tindakan kebencian atau perselisihan antara Antigua dan Barbuda dengan Kerajaan Inggris.
“Hal ini hanyalah langkah terakhir untuk melengkapi siklus kemerdekaan menuu negara berdaulat penuh,” tambah Browne.
Saat ini masih terdapat 14 negara yang masuk dalam bagian Persemakmuran dengan kerajaan Inggris sebagai monarki mereka. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara tersebut menyatakan keinginan untuk terlepas dari monarki Inggris.
Seruan memisahkan diri terjadi di saat sejumlah pemimpin politik dan aktivis menyerukan Britania Raya untuk meminta maaf dan membayar ganti rugi atas sejarah perbudakan di seluruh wilayah Karibia.
Setidaknya 6 negara Karibia, termasuk Antigua dan Barbuda serta Jamaika dan Belize, sudah mewacanakan untuk melepaskan diri dari monarki Inggris.
November lalu, Kepulauan Barbados sudah melakukannya. Negara kepulauan tersebut telah menghapuskan Sang Ratu sebagai kepala negara dan menggantikannya dengan presiden.
Seperti diketahui, Raja Charles III akhirnya naik takhta pada akhir pekan kemarin lalu setelah kematian ibunya, Ratu Elizabeth II, yang telah menjabat selama tujuh dekade.
Sumber : medcom.id
Gambar : Medcom.id