Harga Minyak Dunia Merosot di Tengah Meningkatnya Stok AS

Harga minyak dunia merosot sekitar dua persen pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Kenaikan persediaan bensin dan sulingan AS serta kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di seluruh dunia mengimbangi kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang pasokan minyak mentah yang lebih ketat.

Mengutip Antara, Kamis, 30 Juni 2022, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus melemah USD1,72 atau 1,5 persen, menjadi USD116,26 per barel. Kontrak Agustus akan berakhir pada Kamis dan kontrak September yang lebih aktif turun USD1,35 menjadi USD112,45 per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus terpangkas USD1,98 atau 1,8 persen, menjadi USD109,78 per barel.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah AS turun pekan lalu bahkan ketika produksi mencapai level tertinggi sejak April 2020 selama gelombang pertama pandemi virus korona. Stok bahan bakar naik karena kilang meningkatkan aktivitas, beroperasi pada 95 persen dari kapasitas, tertinggi untuk tahun ini dalam empat tahun.

“Laporan EIA meredam pasar. Kenaikan persediaan bensin dan sulingan sedikit mengurangi tekanan dan kenaikan produksi AS juga menjadi faktor penurunan harga,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

Kenaikan persediaan yang mengejutkan itu menyebabkan bensin dan sulingan berjangka AS turun masing-masing sekitar 3,0 persen dan 4,0 persen. Pedagang mengatakan minyak mentah berjangka mengikuti harga bahan bakar yang lebih rendah.

Juga memberi tekanan pada minyak adalah kenaikan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang lainnya ke level tertinggi sejak mencapai level tertinggi 19 tahun pada pertengahan Juni. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Kekhawatiran tentang ketatnya pasokan

Brent dan WTI naik sekitar 7,0 persen selama tiga sesi sebelumnya di tengah kekhawatiran tentang ketatnya pasokan, sebagian karena sanksi Barat terhadap Rusia.

“Mengingat hampir seperlima dari kapasitas produksi minyak global saat ini berada di bawah beberapa bentuk sanksi (Iran, Venezuela, Rusia), kami percaya tidak ada cara praktis untuk menjaga barel ini keluar dari pasar yang sudah sangat ketat,” JP Morgan mengatakan dalam sebuah catatan penelitian.

Tetapi investor juga khawatir ekonomi yang melambat dapat mengurangi permintaan energi karena bank sentral menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi.

“Federal Reserve AS tidak akan membiarkan ekonomi tergelincir ke rezim inflasi yang lebih tinggi sekalipun itu berarti menaikkan suku bunga ke tingkat yang menempatkan pertumbuhan dalam risiko,” kata Ketua Fed Jerome Powell.

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : Economy Okezone

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *