Tertunda 2 Tahun, Happy Salma Nyaris Batalkan Pementasan Monolog Inggit Garnasih
Aktris peran Happy Salma nyaris membatalkan pementasan monolog Inggit Garnasih yang tertunda dua tahun karena pandemi Covid-19.
Dalam pementasan teater ini, Happy Salma bertindak sebagai produser sekaligus pemeran Inggit Garnasih.
Keinginan untuk membatalkan acara ini sebenarnya sudah terpikirkan oleh Happy Salma karena pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.
Namun, ia menemukan kekuatan untuk bertahan karena para pemilik tiket enggan dikembalikan uangnya.
“Salah satu kekuatan kami adalah ada 50 persen pembeli tiket tidak mau refund, ‘Kapan aja deh yang penting pentas’,” kata Happy saat ditemui di konferensi pers Inggit Garnasih di Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (19/5/2022).
Happy Salma bahkan sudah memikirkan cara untuk meminta maaf kepada pihak sponsor karena acaranya dibatalkan.
Untungnya, semua niat itu urung dilakukan demi sebuah pertunjukan seni kebudayaan.
“Tadinya saya mau mengundurkan diri, mau dibubarkan, mau minta tolong pihak sponsor, tapi ternyata kekuatan itu memberi keyakinan teman-teman yang terlibat tetap sama,” katanya.
Monolog Happy Salma dalam teater musikal Inggit Garnasih terinspirasi dari roman Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan KH.
Acara ini akan dipentaskan di Ciputra Artpreneur Theater Kuningan pada Jumat dan Sabtu, 20 dan 21 Mei 2022 pukul 20.00 WIB.Pementasan ini merupakan kerja sama Titimangsa dengan Bakti Budaya Djarum Foundation dan Sleepbuddy.
Inggit Garnasih merupakan istri kedua dari Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno.
Perempuan asal Bandung itu ternyata memiliki jasa yang sangat besar di balik kesuksesan sosok Soekarno.
Inggit Garnasih setia mengantar Soekarno lulus sebagai insinyur di ITB, mendukung ekonomi keluarga saat gerakan awal berorganisasi, menghidupi keluarga, merawat semangat saat Soekarno dipenjara di Sukamiskin, mendampingi di tempat pembuangan di Ende dan Bengkulu.
Ketika Bung Karno pada akhirnya tiba di gerbang kemerdekaan Indonesia, yang merupakan cita-citanya sejak lama, Inggit memutuskan untuk pulang ke Bandung.
Pemilik arti nama Hegar nan Asih ini memilih mempertahankan martabatnya sebagai perempuan dan menolak dimadu ketika Soekarno menyatakan keinginannya menikah lagi.
Sumber : kompas.com
Gambar : Kompas.com