Harga Minyak Bangkit di Tengah Pelemahan Dolar AS
Harga minyak mentah dunia bangkit pada akhir perdagangan Kamis (19/5), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi berkat pelemahan dolar dan ekspektasi China melonggarkan sejumlah pembatasan wilayah.
Dilansir Antara, Jumat (20/5), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik US$2,93 atau 2,7 persen ke US$112,04 per barel.
Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni sebesar US$2,62 atau 2,4 persen ke US$112,21 per barel.
Kedua harga acuan bahkan sempat terkerek hampir US$5 dalam beberapa jam di tengah fluktuasi harga kemarin.
“Pasar sangat fluktuatif,” ujar Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow, di Houston.
Menurut Lipow, pasar bereaksi terhadap perkembangan berita yang mempengaruhi harga.
Di China, investor mengantisipasi pelonggaran pembatasan terkait covid-19 mulai 1 Juni di Shanghai. Hal ini dapat meningkatkan permintaan minyak dari Negeri Tirai Bambu.
Pasar minyak juga mendapatkan dorongan dari pelemahan dolar AS. Pasalnya, sebagian besar transaksi minyak mentah dilakukan dalam dolar AS. Pelemahan dolar AS membuat harga minyak relatif lebih murah bagi importir.
Selain itu, Kepala Penelitian Makro Minyak dan Gas EnverusBill Farren-Price juga menilai larangan Uni Eropa atas impor minyak Rusia ikut mendorong harga. Dalam hal ini, Uni Eropa berencana melarang impor minyak Rusia selama enam bulan.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak dibatasi oleh prospek permintaan yang masih tidak pasti di tengah kenaikan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter bank sentral.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Bisnis.com