Harga Emas Turun 3 Pekan Berturut-turut, Dampak Kebijakan The Fed
Harga emas naik pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Namun jika dihitung secara mingguan, harga emas mengalami tertekan. Penurunan terjadi selama tiga pekan berturut-turut karena kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil dari surat utang AS.
Mengutip CNBC, Sabtu (7/5/2022), harga emas di pasar Spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.880,86 per ounce tetapi masih turun sekitar 0,8 persen untuk periode 1 minggu. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,3 persen menjadi USD 1.882 per ounce.
Nilai tukar dolar AS naik selama lima pekan karena benchmark imbal hasil surat utang AS bertahan di dekat level tertinggi sejak November 2018.
Analis logam mulia IG Yeap Jun Rong menjelaskan, ada beberapa sentimen yang menjadi katalis melawan harga emas. Salah satunya adalah prospek kebijakan moneter ketat yang mendorong imbal hasil obligasi dan dolar AS terus menguat. Hal ini beradu dengan risiko stagflasi yang meningkatkan status safe-haven dan daya tariknya sebagai lindung nilai dari inflasi.
“Dengan itu, harga emas tampaknya mengalami periode keragu-raguan sampai salah satu kekuatan pendorong mengambil kendali harga yang lebih besar.” jelas dia.
Investor pada hari Jumat mempertimbangkan data non-farm payrolls AS. Tercatat dalam data Biro Statistik Tenaga Kerja bahwa non-farm payrolls AS tumbuh sebesar 428 ribu pada April 2022. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones yang ada di angka 400 ribu.
Keputusan The Fed
The Fed atau Bank Sentral AS pada hari rabu menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar setengah persentase atau 50 basis poin. Kenaikan suku bunga ini terbesar dalam 22 tahun.
“Saya tidak akan terkejut melihat angka upah di atas konsensus lainnya, dan ini mungkin tidak baik untuk emas karena pasar akan membaca itu sebagai tanda peningkatan peluang kenaikan poin 75 basis poin pada pertemuan the Fed di Juli, ” kata Managing Partner SPI Asset Management Stephen Innes.
Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung tidak disukai investor saat suku bunga naik.
Pasar saham jatuh karena investor menyatakan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga dapat merusak pertumbuhan ekonomi global.
“Pasar kembali ke mode penjualan segalanya. Sepertinya jangan melawan The Fed,” kata Innes.
Sumber : liputan6.com
Gambar : Kompas.com