Core Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI 5 Persen pada 2022
Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 4,5 hingga 5 persen pada 2022.
Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan meski prediksi tersebut sama dengan level pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum pandemi, tetapi pertumbuhan ekonomi tahun ini didorong oleh konsumsi domestik dan juga ekspor.
“Ini mirip kondisi pra andemi, tapi maknanya beda. Pascapandemi ini selain konsumsi domestik, dorongan ekspor yang besar juga akan membantu pertumbuhan ekonomi. Tetapi, perlu juga memperhatikan aspek inflasi,” kata Faisal dalam acara Core Quarterly Review 2022: Mengadang Inflasi Menuju Kondisi Pra Pandemi pada Selasa (19/4).
Dalam paparannya, dia mengatakan ekspor impor pada tahun ini masih menjadi penyumbang ekonomi Indonesia. Kenaikan ekspor terjadi seiring meroketnya harga komoditas.
Pada Maret 2022, nilai ekspor Indonesia tembus US$26,50 miliar. Peningkatan ekspor juga membuat neraca perdagangan RI pada Maret 2022 surplus sebesar US$4,53 miliar.
Ia juga memperkirakan impor meningkat tahun ini sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik yang mulai membaik. Tercatat, pada Maret 2022, impor tumbuh menjadi US$21,97 miliar, baik dari sektor minyak dan gas (migas) maupun non migas.
“Pertumbuhan ekspor pertambangan naik, impor tahun ini juga akan naik sejalan dengan pemulihan ekonomi dalam negeri,” katanya.
Namun, kondisi surplus tersebut tidak akan bertahan lama. Faisal mengatakan harga komoditas perlahan-lahan akan menurun sehingga efek surplus pun mulai sempit.
Sementara itu, ia memproyeksikan tingkat inflasi 2022 berada di atas 5,5 persen atau lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah sebesar 3 persen.
Proyeksi ini bisa terjadi bila pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan harga beberapa kebutuhan vital.
Dia menambahkan ada beberapa skenario yang dibuat Core Indonesia mengenai inflasi.
Skenario pertama, tingkat inflasi 2022 diprediksi ada di atas 2,5 persen tanpa kebijakan terkait harga.
Skenario kedua, tingkat inflasi di atas 3,5 persen dengan penerapan PPN 11 persen dan kenaikan harga Pertamax pada April 2022.
Skenario ketiga, tingkat inflasi di atas 5 persen bila skenario kedua ditambah kenaikan harga Pertalite dengan asumsi menjadi Rp9 ribu per liter.
Kemudian skenario keempat, tingkat inflasi di atas 5,5 persen bila skenario ketiga ditambah kenaikan harga gas LPG 3 kg.
“Kalau pemerintah mewujudkan kembali rencana kenaikan harga berbagai kebutuhan yang vital seperti harga Pertalite, LPG, ini potensinya bisa di atas 5,5 persen. Artinya akan ada lonjakan inflasi yang besar,” katanya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia