Dolar AS Menguat di Tengah Peluang Kenaikan Besar Bunga Fed
Indeks dolar AS melonjak ke level tertinggi hampir dua tahun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Dolar menguat setelah risalah pertemuan Federal Reserve terakhir memperkuat ekspektasi beberapa kenaikan suku bunga setengah persentase poin untuk mengendalikan inflasi yang melonjak.
Indeks dolar, yang mengukur nilai greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik ke 99,7780, level terkuat sejak akhir Mei 2020. Terakhir naik 0,1% di 99,588.
Pejabat Fed dalam sebuah risalah memandang kenaikan suku bunga besar dan kuat yang sesuai pada pertemuan mendatang, terutama jika tekanan inflasi meningkat. Mereka juga lebih suka kenaikan 50 basis poin dalam kisaran target untuk suku bunga dana federal pada pertemuan Maret.
“Ada kesadaran bahwa beberapa yang dovish telah mencapai wilayah kenaikan 50 basis poin dan kemungkinan itulah yang akan kita lihat pada beberapa pertemuan berikutnya karena tekanan inflasi tetap tinggi,” kata Ryan Detrick, kepala ahli strategi pasar di LPL Financial di Charlotte, North Carolina.
“Ketidakpastian konflik Ukraina kemungkinan mencegah kenaikan 50 basis poin bulan lalu, sehingga bisa mengurangi kebijakan yang sangat hawkish. Tapi tetap saja, kami tahu beberapa kenaikan akan segera terjadi.”
Pejabat Fed juga setuju untuk mengurangi neraca sebesar 95 juta dolar AS per bulan, –60 miliar dolar AS kepemilikan obligasi pemerintah dan 35 miliar dolar AS sekuritas yang didukung hipotek– selama tiga bulan, menurut risalah pertemuan Maret.
Analis di Action Economics mengatakan pengurangan neraca 95 miliar dolar AS mendekati ekspektasi 100 miliar dolar AS per bulan.
Gubernur Fed Lael Brainard mengharapkan kombinasi kenaikan suku bunga dan pengurangan neraca yang cepat untuk membawa kebijakan moneter AS ke “posisi yang lebih netral” akhir tahun ini. “Pengetatan lebih lanjut akan mengikuti sesuai kebutuhan”, tambahnya.
Analis mengatakan risalah Fed kurang hawkish dari komentar Brainard. Dolar mempertahankan kenaikan terhadap yen, yang mengikuti imbal hasil surat utang dua tahun AS yang mencerminkan ekspektasi kebijakan Fed, diperdagangkan naik 0,1% pada 123,78 yen.
“Jelas kami memiliki kenaikan suku bunga di depan kami, dan kami memiliki neraca yang menyusut di depan kami,” kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder di New York.
“The Fed bertekad mengendalikan inflasi, dan hanya berharap dan berdoa bahwa akan ada soft landing ekonomi dan bukan hard landing yang mengirim kita ke dalam resesi.”
Euro, di sisi lain, sedikit berubah terhadap dolar, setelah jatuh ke level terendah dalam sebulan karena prospek sanksi baru Barat terhadap Rusia dan pemilihan presiden Prancis yang akan datang menambah tekanan pada mata uang Eropa.
Mata uang tunggal Eropa diuntungkan sebelumnya dari harga produsen zona euro yang kuat untuk Februari, yang melonjak 31,4% tahun-ke-tahun di Februari. Euro terakhir sedikit turun di 1,0896 dolar AS, setelah sempat menyentuh level terendah hampir satu bulan di 1,0874 dolar AS.
Sumber : okezone.com
Gambar : Republika