Indeks Dolar Menguat Terdorong Data Inflasi
Indeks dolar AS menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) karena data inflasi yang kuat. Sementara itu Euro melemah menyusul pengumuman Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan menghapus stimulusnya pada kuartal ketiga.
Euro menyentuh level terendah selama 22 bulan di USD1,0804 awal pekan ini, dengan investor memperkirakan krisis di Ukraina akan berdampak besar pada pertumbuhan Eropa. Mata uang tunggal secara luas dilihat sebagai ukuran krisis keamanan terbesar di Eropa sejak 1945.
Namun, spekulasi baru-baru ini bahwa para pemimpin Uni Eropa sedang mempertimbangkan penerbitan obligasi bersama untuk membiayai pengeluaran energi dan pertahanan, memberi euro beberapa dukungan. Para pemimpin Uni Eropa bertemu pada Kamis (10/3/2022) di Versailles, Paris bagian Barat.
Pada perdagangan sore, euro turun 0,83% pada 1,0985 dolar, setelah melonjak 1,6% pada Rabu (9/3/2022), hari terbaiknya dalam hampir enam tahun.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin ketika bertemu minggu depan.
“Skenario kasus dasar kami masih bagi Fed untuk menjadi bank sentral paling hawkish di negara maju dan itu akan mendukung dolar pada margin,” kata Bipan Rai, kepala strategi valas Amerika Utara di CIBC Capital Markets.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,547% pada 98,506, setelah jatuh 1,17% pada Rabu (9/3/2022).
Data pada Kamis (10/3/2022) menunjukkan bahwa harga konsumen AS melonjak 7,9% tahun-ke-tahun pada Februari, yang berpuncak pada peningkatan tahunan terbesar dalam 40 tahun.
Inflasi siap untuk melaju cepat lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan karena perang Rusia melawan Ukraina menaikkan biaya minyak mentah dan komoditas-komoditas lainnya.
Mata uang terkait komoditas, seperti dolar Australia, dolar Selandia Baru, dan dolar Kanada, naik hari ini, dengan Aussie naik 0,58%, Kiwi naik 0,49%, dan loonie naik 0,37%.
Sumber : okezone.com
Gambar : Portonews.com