AS Dukung Penuh WHO dalam Mengakhiri Fase Akut Pandemi Tahun Ini
Amerika Serikat (AS) mendukung penuh seruan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertekad mengakhiri fase akutt pandemi Covid-19 tahun ini. Untuk mencapai tujuan tersebut, WHO menyebut laju vaksinasi global harus mencapai setidaknya 70 persen.
Sebuah analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa hampir 80 persen warga di negara berpenghasilan menengah ke atas sudah menerima vaksinasi Covid-19. Angkanya jauh berbeda di negara-negara berpenghasilan rendah, yakni hanya di kisaran 11 persen.
Bulan lalu, WHO memperingatkan bahwa hampir 90 negara dari seluruh dunia tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan 70 persen.
“Ini artinya miliaran orang masih rentan terhadap Covid-19 dan varian baru, yang mungkin lebih mematikan dan menular daripada yang kita alami sejauh ini,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pertemuan virtual Covid-19 pada Senin kemarin.
“Jadi kita perlu mengambil semua upaya dan kontribusi, mengintensifkan dan mengoordinasikannya dengan lebih baik lagi sehingga kita dapat mencapai target dan mengakhiri fase akut Covid-19 tahun ini,” sambung dia, dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar AS yang diterima Medcom.id, Selasa, 15 Februari 2022.
Rencana Aksi Global yang diluncurkan AS pada Selasa kemarin mengambil apa-apa saja yang telah diidentifikasi oleh komunitas internasional sebagai hambatan terbesar yang tersisa dalam perjuangan mengakhiri pandemi Covid-19. Ini adalah peta jalan AS yang paling jelas, menjabarkan enam garis upaya utama yang, ketika dikejar bersama, akan membantu mencapai tujuan yang ditetapkan Presiden Joe Biden pada KTT Global COVID-19 tahun lalu.
Tujuan tersebut di antaranya memvaksinasi dunia, menyelamatkan nyawa saat ini juga, dan mempersiapkan dunia terhadap pandemi di masa depan. Ini dirancang secara eksplisit untuk mencocokkan kekuatan unik suatu negara dengan bidang kebutuhan yang mendesak.
Lantas, apa sebenarnya yang termuat dalam Rencana Aksi Global AS.
Pertama, dan yang paling penting, adalah meningkatkan “amunisi” dalam memerangi pandemi Covid-19, terutama akses vaksin yang setara di seluruh dunia. Blinken menyebut peningkatan pasokan saja tidak cukup untuk mengatasi masalah kesetaraan vaksin. Ada beberapa masalah lain, termasuk teknologi pendinginan untuk menyimpan vaksin dalam fase distribusi.
Menurut Blinken, Jepang telah menunjukkan kepemimpinan di bidang ini dengan program “Last One Mile Support” ke sekitar 60 negara.
“Kedua, kita harus memperkuat rantai pasokan untuk vaksin dan pasokan penting lainnya, seperti jarum suntik, alat tes, perawatan. Pandemi telah menyoroti betapa rentannya mereka. Kami tidak dapat mencapai target WHO tanpa pasokan ini,” sebut Blinken.
Ketiga, Blinken menegaskan bahwa komunitas global harus mengatasi kesenjangan informasi yang menyebabkan rendahnya kepercayaan terhadap vaksin. Dalam beberapa kasus, aktor jahat menyebarkan informasi yang salah dan disinformasi. Di beberapa negara, ada kekurangan informasi yang jelas tentang seberapa aman dan efektif sebuah vaksin Covid-19.
“Dengan menyesuaikan pesan kami dengan audiens lokal, kami dapat memberikan panduan yang jelas, melawan disinformasi, dan meningkatkan kepercayaan vaksin,” sebut Blinken.
Keempat, dukungan harus lebih banyak diberikan kepada masyarakat dunia, termasuk vaksinasi, peralatan, dan pelatihan kepada petugas kesehatan yang sejak awal berada di garis depan pandemi.
“Kelima, kita harus memudahkan pasien Covid-19 untuk mengakses perawatan dan terapi, karena mengakhiri pandemi bukan hanya tentang melindungi orang dari virus; tapi juga membantu menyelamatkan nyawa mereka yang sakit,” tutur Blinken.
“Dan keenam dan terakhir, kita harus melihat ke masa depan dan memperkuat keamanan kesehatan global untuk keadaan darurat berikutnya. Antara lain, itu berarti memastikan pembiayaan berkelanjutan untuk kesiapsiagaan dan respons pandemi, termasuk lembaga internasional yang dibiayai dengan baik dan dana baru di Bank Dunia yang berfokus secara khusus pada penyediaan kapasitas yang kita perlukan untuk mencegah, mendeteksi, menanggapi ancaman di masa depan. Dan saya ingin memuji Indonesia yang menggunakan kepemimpinannya di G20 tahun ini untuk memajukan kita di bidang ini,” pungkas dia.
Sumber : medcom.id
Gambar : medcom.id