Kenaikan Suku Bunga Fed Bakal Picu Kekhawatiran Resesi AS
Melonjaknya inflasi di Amerika Serikat (AS) telah mendorong Federal Reserve (The Fed) untuk memberi sinyal rencana penaikan suku bunga lebih agresif dari yang diperkirakan sebelumnya. Alhasil, dapat memicu aksi jual tajam di bursa saham AS.
Para ekonom pun telah memperingatkan adanya resesi baru. Penasihat ekonomi untuk mantan Presiden AS Ronald Reagan, Arthur Laffer, mengatakan saat ini inflasi belum terkendali dan ekonomi AS berujung ke arah perlambatan. Bahkan, dia memprediksi, resesi pada 2023 mungkin saja terjadi.
“Kami tidak memiliki dasar-dasar yang benar-benar dapat melakukan pekerjaan dengan baik; pemotongan pajak, pengekangan pengeluaran, uang yang sehat, semua itu hilang, jadi saya cukup khawatir tentang 12 bulan ke depan untuk ekonomi AS,” katanya kepada Fox Business News, dilansir Xinhua, Senin, 7 Februari 2022.
Laffer membuat komentar setelah Departemen Perdagangan AS melaporkan pekan lalu indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, ukuran inflasi pilihan Fed, melonjak 5,8 persen pada Desember 2021 dibandingkan tahun lalu. Ini merupakan laju tahunan tercepat sejak pertengahan 1982.
Sebuah laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja AS juga menunjukkan indeks harga konsumen naik tujuh persen pada Desember lalu dibandingkan tahun sebelumnya. Ini merupakan yang tercepat sejak Juni 1982, jauh di atas target inflasi Fed sebesar dua persen.
Menyusul pertemuan kebijakan Fed pekan lalu, bank sentral mengisyaratkan siap untuk memulai serangkaian kenaikan suku bunga pada Maret untuk memerangi lonjakan inflasi. Karena telah keluar dari kebijakan moneter ultra-longgar yang diberlakukan pada awal pandemi covid-19.
Ekspektasi pasar telah bergeser setelah pertemuan Fed, dengan investor sekarang mengharapkan Fed menaikkan suku bunga lima kali tahun ini. Sementara pejabat Fed pada Desember 2021 memproyeksikan hanya tiga kenaikan suku bunga untuk tahun ini.
Saham-saham di AS anjlok di tengah berita kenaikan suku bunga yang akan datang. Beberapa ahli percaya ini baru permulaan, dengan alasan pasar saham AS bisa menukik jauh lebih signifikan, bahkan memicu resesi yang menjulang.
Pengamat di American Enterprise Institute, Desmond Lachman, mengatakan kepada Xinhua, inflasi berjalan pada level tertinggi dalam empat puluh tahun, di tengah gelembung di pasar ekuitas dan perumahan AS.
Gelembung ekuitas digarisbawahi oleh fakta valuasi ekuitas pada awal tahun sekitar dua kali lipat dari rata-rata jangka panjangnya. Sementara harga perumahan, bahkan dalam istilah yang disesuaikan dengan inflasi, berada di atas level pada 2006 sebelum kehancuran perumahan AS terakhir.
Begitu The Fed mulai menaikkan suku bunga dengan sungguh-sungguh untuk mengembalikan inflasi ke jalur yang benar, harga ekuitas AS bisa turun setidaknya 20 persen lagi dari levelnya saat ini.
“Itu kemungkinan akan memicu resesi yang akan lebih parah daripada rata-rata resesi ekonomi AS, tetapi tidak separah krisis ekonomi 2008-2009,” katanya.
Pergeseran kebijakan Fed telah menimbulkan masalah besar bagi pasar ekuitas, karena penilaian tinggi tersebut didasarkan pada asumsi suku bunga rendah akan bertahan selamanya.
Sekarang pasar mengharapkan The Fed segera mulai menaikkan suku bunga dari rekor terendah saat ini mendekati nol, karena ada aksi jual besar-besaran di ekuitas AS.
Sumber : medcom.id
Gambar : Medcom.id