Lonjakan Harga Minyak Tekan Rupiah ke Rp14.380 per Dolar AS
pada Jumat (4/2) pagi. Mata uang Garuda melemah 2,5 poin atau 0,02 persen dari perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.377 per dolar AS.
Sementara, mata uang di Asia bergerak bervariasi pagi ini. Tercatat, yen Jepang menguat 0,11 persen, dolar Hong Kong bergerak stagnan, dolar Singapura melemah 0,04 persen, baht Thailand menguat 0,12 persen, dan won Korea Selatan menguat 0,41 persen.
Kemudian, rupee India melemah 0,03 persen, ringgit Malaysia menguat 0,13 persen, peso Filipina melemah 0,06 persen, dan yuan China menguat 0,11 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang di negara maju menguat pagi ini. Terpantau, poundsterling Inggris menguat 0,04 persen, euro Eropa menguat 0,09 persen, franc Swiss menguat 0,01 persen, dolar Kanada melemah 0,03 persen, dan dolar Australia melemah 0,11 persen.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memprediksi rupiah tertekan hari ini. Pasar khawatir kenaikan harga minyak yang tembus ke level US$90 per barel akan mendorong inflasi global.
“Kenaikan harga minyak mentah sebagai sumber energi yang menyentuh kisaran $90 per barel, pertama kali sejak 2014 akan menjadi pendorong kenaikan inflasi global,” ungkap Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Selain itu, kenaikan inflasi di AS juga akan mempengaruhi kebijakan moneter The Fed. Salah satunya suku bunga acuan.
Semakin cepat The Fed mengerek suku bunga acuan, maka dolar AS juga akan semakin perkasa. Alhasil, sebagian besar mata uang termasuk rupiah akan melemah.
“Inflasi yang meningkat di AS juga akan mengonfirmasi kebijakan pengetatan moneter AS yang lebih agresif ke depan yang akan mendorong penguatan dolar AS,” katanya.
Hari ini, Ariston memproyeksi rupiah berada dalam rentang support Rp14.350 per dolar AS dan resistance Rp14.400 per dolar AS.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Suara Merdeka