Imbal Hasil Obligasi AS Turun, Dolar Kembali Melemah
Mata uang Dolar AS (USD) merosot pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Hal ini terjadi di tengah momentum penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS setelah mencapai tertinggi sekitar dua tahun pada surat utang 2-tahun dan obligasi 10-tahun.
Dikutip dari Antara, Kamis, 20 Januari 2022, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun sempat menyentuh tertinggi baru dua tahun di 1,902 persen pada Rabu, 19 Januari 2022, tetapi terakhir turun empat basis poin pada 1,8271 persen. Imbal hasil obligasi di ekonomi-ekonomi utama lainnya juga naik, dengan euro, sterling, dolar Kanada, Australia, dan Selandia Baru, antara lain, menguat versus mata uang AS.
Sterling, sementara itu, naik setelah data menunjukkan inflasi Inggris melonjak 5,4 persen pada Desember, level tertinggi dalam 30 tahun, meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga.
The Fed akan bertemu minggu depan dan kemungkinan akan memberikan kejelasan dan rincian tentang akhir pelonggaran kuantitatif, mungkin pada Maret 2022. Bank sentral AS juga dapat memberi sinyal akan menaikkan suku bunga pada Maret juga, tepat setelah mengakhiri pelonggaran kuantitatif.
Dana Fed berjangka telah sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga untuk 2022. Pada perdagangan sore, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,2 persen menjadi 95,528.
Greenback memangkas kerugian setelah data menunjukkan pembangunan rumah AS secara tak terduga meningkat pada Desember di tengah cuaca yang tidak bersahabat. Rumah yang baru dibangun meningkat 1,4 persen ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 1,702 juta unit bulan lalu.
Euro, komponen terbesar dalam indeks dolar, menguat 0,2 persen pada 1,1348 USD , setelah mencatat penurunan harian tertajam hari sebelumnya dalam sebulan.
Mata uang tunggal Eropa didukung secara keseluruhan setelah imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman naik di atas 0,0 persen untuk pertama kalinya sejak 2019 pada Rabu, 19 Januari 2022, menandai titik balik potensial untuk utang kawasan euro yang selama bertahun-tahun dicirikan oleh imbal hasil negatif.
Imbal hasil 10-tahun Jerman, yang dianggap sebagai patokan untuk seluruh zona euro, naik setinggi 0,025 persen, dan terakhir sedikit berubah hari ini minus 0,007 persen.
Sementara itu, euro turun ke level terendah 23-bulan versus sterling setelah data inflasi Inggris yang panas. Euro datar terhadap mata uang Inggris, terakhir di 83,29 pence. Terhadap dolar, poundsterling naik 0,2 persen menjadi 1,3624 USD.
Pound juga didukung oleh lonjakan imbal hasil Inggris, dengan imbal hasil surat utang dua tahun naik menjadi 0,958 persen, level tertinggi sejak Maret 2018.
Dolar Australia naik 0,5 persen menjadi 0,7224 USD. Sementara itu, USD melemah 0,2 persen terhadap mata uang Kanada menjadi 1,2492 dolar Kanada setelah tingkat inflasi tahunan Kanada naik ke level tertinggi 30 tahun di 4,8 persen pada Desember.
Sumber : medcom.id
Gambar : Bisnis.com