Harga Minyak Dunia Menguat 6 Persen Pekan Lalu
Harga minyak dunia kembali menguat sepanjang pekan lalu. Artinya, harga minyak dunia sudah menguat selama empat pekan berturut-turut.
Harga minyak mentah berjangka Brent dalam sepekan menguat menguat 5,4 persen menjadi US$86,06 per barel pada akhir perdagangan Jumat (14/1) lalu.
Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) sebesar 6,3 persen ke US$83,82 per barel.
Baik Brent dan berjangka AS memasuki wilayah overbought untuk pertama kalinya sejak akhir Oktober.
“Orang-orang yang melihat gambaran besarnya menyadari bahwa situasi antara penawaran dan permintaan global sangat ketat dan itu memberi pasar dorongan yang kuat,” kata Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn seperti dilansir Reuters.
Flynn menambahkan pedagang tidak ingin menjual di pasar karena ketegangan meningkat antara Rusia dan Ukraina. Selain itu, volume perdagangan rendah juga jelang akhir pekan yang panjang di AS untuk liburan Hari Martin Luther King Jr.
Pada Jumat lalu, pejabat AS menyuarakan kekhawatiran Rusia sedang bersiap untuk menyerang Ukraina jika diplomasi gagal. Rusia, yang telah mengumpulkan 100 ribu tentara di perbatasan Ukraina, merilis gambar pasukannya bergerak.
“Telah terjadi lonjakan faktor risiko geopolitik yang mendorong harga,” kata Analis Again Capital Management kata John Kilduff di New York.
Sementara itu, dolar AS menuju penurunan mingguan terbesar dalam empat bulan. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.
Beberapa bank memperkirakan harga minyak dunia bisa menyentuh $100 per barel tahun ini, dengan permintaan diperkirakan melebihi pasokan.
Selanjutnya, Ketua National Oil Corp Libya Mustafa Sanallah mengatakan harga minyak “diperkirakan akan terus naik kecuali fundamental pasar berubah dan investasi global … meningkat.” Ia menambahkan produksi minyak dari negara itu mencapai 1,045 juta barel per hari.
“Telah terjadi lonjakan faktor risiko geopolitik yang mendorong harga,” kata Analis Again Capital Management kata John Kilduff di New York.
Sementara itu, dolar AS menuju penurunan mingguan terbesar dalam empat bulan. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.
Beberapa bank memperkirakan harga minyak dunia bisa menyentuh $100 per barel tahun ini, dengan permintaan diperkirakan melebihi pasokan.
Selanjutnya, Ketua National Oil Corp Libya Mustafa Sanallah mengatakan harga minyak “diperkirakan akan terus naik kecuali fundamental pasar berubah dan investasi global … meningkat.” Ia menambahkan produksi minyak dari negara itu mencapai 1,045 juta barel per hari.
“Ketika Anda mempertimbangkan bahwa OPEC+ masih jauh dari memompa kuota keseluruhan, bantalan penyempitan ini bisa berubah menjadi faktor paling bullish untuk harga minyak selama beberapa bulan mendatang,” kata Analis PVM Stephen Brennock.
Perkembangan pembicaraan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 juga memengaruhi harga minyak. Apabila Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap Iran, negara itu dapat meningkatkan pengiriman minyak, menambah pasokan global.
Lebih lanjut, sumber Reuters menyebut China berencana untuk melepaskan cadangan minyak sekitar liburan Tahun Baru Imlek antara 31 Januari dan 6 Februari sebagai bagian dari rencana yang dikoordinasikan oleh AS dengan konsumen utama lainnya untuk mengurangi harga global.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Kompas.com