Dolar AS Lemas Usai Kesaksian Powell
Dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan bahwa ketika Fed akan menormalkan kebijakannya, ia belum membuat keputusan untuk mengurangi neraca bank hampir USD9 triliun.
Mengutip Antara, Rabu, 12 Januari 2022, Powell mencatat pembuat kebijakan masih memperdebatkan pendekatan untuk mengurangi neraca Fed, dan mengatakan kadang-kadang perlu dua, tiga, atau empat pertemuan bagi mereka untuk membuat keputusan seperti itu.
Pesan keseluruhan Powell kurang hawkish daripada yang diperkirakan beberapa investor, terutama mengingat komentar baru-baru ini dari beberapa pembicara Fed lainnya.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan inflasi tinggi dan pemulihan yang kuat akan membutuhkan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga setidaknya tiga kali tahun ini, dimulai segera setelah Maret, dan menjamin pengurangan cepat kepemilikan aset Fed guna menarik kelebihan uang tunai dari sistem keuangan.
“Powell membantah komentar hawkish dari orang lain di komite penetapan suku bunga Fed, menunjukkan keputusan pengetatan kuantitatif akan datang dalam dua hingga empat pertemuan berikutnya, dengan obligasi diizinkan bergulir secara organik,” kata Kepala Strategi Pasar Cambridge Global Payments Karl Schamotta.
“Ini mengangkat selera risiko global dan memacu aliran ke mata uang yang sensitif terhadap imbal hasil seperti dolar Kanada,” tambahnya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,32 persen pada 95,627. Dolar Kanada naik sekitar 0,8 persen terhadap greenback. Sementara indeks dolar telah didukung dengan baik dalam beberapa pekan terakhir oleh gagasan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif tahun ini.
Pedagang telah meningkatkan taruhan untuk kenaikan suku bunga tahun ini setelah risalah bank sentral AS dari pertemuan kebijakan 14-15 Desember menyatakan kenaikan suku bunga lebih awal dari perkiraan dan kemungkinan bank sentral dapat memotong kepemilikan obligasi lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang.
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko naik 0,6 persen, dibantu oleh data yang menunjukkan penjualan ritel melampaui perkiraan untuk bulan kedua berturut-turut pada November. Sterling menguat 0,36 persen, menyentuh level tertingginya terhadap dolar dalam hampir 10 minggu, dibantu oleh ekspektasi bank sentral Inggris akan menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Sumber : medcom.id
Gambar : Bisnis.com