Aktivitas Produksi Pabrik Jepang Melonjak 7,2% di November
Aktivitas produksi pabrik Jepang terpantau melonjak pada November 2021, karena produksi di sektor otomotif diuntungkan dari pemulihan pasokan suku cadang global. Kondisi itu akhirnya mengangkat prospek kebangkitan kembali perekonomian di kuartal keempat yang kuat usai terhantam keras pandemi covid-19.
Produksi pabrik naik 7,2 persen pada November dari bulan sebelumnya, didorong oleh melonjaknya produksi kendaraan bermotor dan produk plastik, mencatat kenaikan lebih cepat dari perkiraan kenaikan 4,8 persen dalam jajak pendapat terhadap para ekonom. Itu berarti output naik untuk bulan kedua berturut-turut setelah naik 1,8 persen pada Oktober.
Mengutip Channel News Asia, Rabu, 29 Desember 2021, data menunjukkan produksi mobil dan kendaraan bermotor lainnya melonjak 43,1 persen dari bulan sebelumnya di November, sedangkan produk plastik naik 9,5 persen.
Terlepas dari produksi yang lebih kuat, pembuat mobil Jepang masih tidak dapat sepenuhnya melepaskan hambatan dari masalah pasokan suku cadang dan cip global. Produsen mobil top Jepang Toyota Motor Corp mengatakan pekan lalu akan menangguhkan produksi di lima pabrik domestik pada Januari karena masalah pasokan dan krisis kesehatan.
Produsen yang disurvei oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) memperkirakan produksi naik 1,6 persen pada Desember dan 5,0 persen pada Januari.
Pemerintah meningkatkan penilaiannya terhadap hasil industri, dengan mengatakan bahwa itu menunjukkan tanda-tanda meningkat. Data terpisah menunjukkan tingkat pengangguran naik menjadi 2,8 persen dari 2,7 persen bulan sebelumnya, sementara indeks yang mengukur ketersediaan pekerjaan berada di 1,15, tidak berubah dari Oktober.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida
Sementara itu, Kabinet Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyetujui anggaran senilai USD940 miliar untuk tahun fiskal berikutnya. Keputusan itu diambil karena respons dampak covid-19 menambah biaya dan untuk mendukung populasi yang menua, sekaligus meningkatnya pengeluaran militer untuk mengatasi Tiongkok.
Anggaran 107,6 triliun yen (USD941,55 miliar) untuk tahun fiskal 2022-2023, yang dimulai pada April, adalah rencana pengeluaran awal terbesar Jepang. Hal tersebut menggarisbawahi prioritas untuk menghidupkan kembali ekonomi yang dilanda pandemi covid-19 daripada memulihkan kesehatan fiskal jangka panjang.
Anggaran tahunan pertama di bawah Kishida datang setelah parlemen menyetujui 36 triliun pengeluaran stimulus tambahan untuk tahun fiskal ini untuk membantu pemulihan dari covid-19. Tetapi masih ada ruang terbatas untuk belanja di area pertumbuhan seperti transformasi hijau dan digital.
Kishida telah berjanji untuk meningkatkan keuangan publik Jepang dalam jangka panjang dan anggaran memperkirakan pinjaman baru tahun fiskal berikutnya sebesar 36,9 triliun, kurang dari 43,6 triliun yang awalnya direncanakan untuk tahun ini.
Sumber : medcom.id
Gambar : Pasardana