China Pangkas Suku Bunga Acuan, Pertama Dalam 20 Bulan
The People’s Bank of China (PBOC), bank sentral China, memangkas suku bunga acuan utama sebesar 5 basis poin menjadi 3,8 persen untuk pertama kalinya dalam 20 bulan terakhir. Hal ini dilakukan guna meningkatkan ekonomi yang landai akibat pembatasan pandemi dan ambruknya industri properti.
Dikutip dari CNN Business, Selasa (21/12), suku bunga pinjaman satu tahun tersebut diturunkan agar perbankan dapat meminjamkan dananya kepada nasabah dan berfungsi sebagai tingkat acuan untuk pinjaman lainnya.
Pemerintah China terakhir kali memangkas suku bunga pada April 2020 di saat ekonomi sedang mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir.
Senior China Strategist ANZ Zhao Peng Xing mengatakan kebijakan tersebut memperkuat pandangan bahwa bank sentral semakin terbuka untuk memangkas suku bunga di tengah tantangan ekonomi.
Zhao Peng memperkirakan pemotongan suku bunga utama akan mengurangi beban bunga sebesar US$12,8 miliar per tahun untuk bisnis dan rumah tangga pada tahun depan.
Pemotongan suku bunga pinjaman utama ini dinilai dapat membantu mengurangi biaya pinjaman untuk rumah tangga dan perusahaan. Pada akhirnya, langkah ini diharapkan dapat mendorong belanja konsumen dan investasi masuk ke Negeri Tirai Bambu.
Pemerintah Pusat China telah menahan diri untuk tidak membanjiri ekonomi dengan paket stimulus selama pandemi. Namun, China lebih fokus terhadap usaha kecil dengan menawarkan sejumlah dukungan.
Tahun lalu, China menjadi satu-satunya ekonomi yang mampu mencatatkan pertumbuhan positif. Namun tahun ini, pertumbuhan terjegal beberapa faktor eksternal. Hal inilah yang menyebabkan bank sentral memberikan stimulus dan berusaha melawan inflasi.
Salah satu faktor yang dimaksud adalah terhambatnya pasokan energi untuk industri. Sebab, Pemerintah China sedang berjuang untuk menyeimbangkan kebutuhan energi dan berupaya untuk mengatasi krisis iklim.
Awal Desember, Pemerintah China telah merilis data harga perumahan dan disebut sebagai tanda krisis properti yang sedang melanda negeri tersebut.
Tidak hanya itu, penjualan ritel berkurang yang menunjukkan bahwa kebijakan lockdown pemerintah untuk menanggulangi pandemi covid-19 berdampak signifikan terhadap ekonomi.
Ke depan, Pemerintah China akan memprioritaskan stabilitas pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Para pembuat kebijakan berkomitmen untuk menjaga kebijakan moneter yang fleksibel.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia