Tertekan Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS, Rupiah Loyo ke Rp14.263
Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.263 per dolar AS pada Selasa (23/11) pagi ini. Posisi ini melemah 14 poin atau 0,1 persen dari Rp14.249 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Di Asia, mayoritas mata uang terlihat loyo di hadapan dolar AS. Tercatat, peso Filipina melemah 0,09 persen, ringgit Malaysia melemah 0,05 persen, dolar Singapura melemah 0,06 persen, won Korea Selatan melemah 0,33 persen dari dolar AS, dan dolar Hong Kong melemah 0,01 persen.
Kemudian, yen Jepang menguat 0,1 persen, baht Thailand menguat 0,07 persen, dan yuan China menguat 0,03 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang negara maju menguat terhadap dolar AS. Rinciannya, euro Eropa menguat 0,05 persen, dolar Australia minus 0,14 persen, dan poundsterling Inggris menguat 0,07 persen.
Lalu, dolar Kanada menguat 0,03 persen dan franc Swiss menguat 0,06 persen.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi bergerak di zona merah hari ini. Kenaikan tingkat imbal hasil (yield) obligasi AS memberikan sentimen negatif untuk rupiah.
“Yield obligasi AS tenor 10 tahun sudah kembali ke atas 1,6 persen,” kata Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Kenaikan yield obligasi AS, sambung Ariston, dipengaruhi spekulasi pasar terhadap potensi terpilihnya kembali Jerome Powell menjadi Gubernur The Fed untuk periode kedua. Pelaku pasar menganggap Powell akan mendukung rencana bank sentral AS untuk melakukan pengetatan moneter karena inflasi terus naik di Negeri Paman Sam.
“Hari ini rupiah bisa bergerak melemah ke kisaran Rp14.300 per dolar AS dengan support di kisaran Rp14 220 per dolar AS,” pungkas Ariston.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : BeritaSatu.com