Harga Minyak Bangkit usai OPEC Pangkas Proyeksi Permintaan
Harga minyak dunia menguat pada penutupan perdagangan Kamis (11/12), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas proyeksi permintaan minyak karena harganya yang kian menanjak.
Selain itu, penguatan dolar AS di tengah kekhawatiran peningkatan inflasi juga turut menekan harga minyak.
Tercatat, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari naik 0,28 persen menjadi US$82,87 per barel. Penguatan juga terjadi pada minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember sebesar 0,3 persen menjadi US$81,59 per barel.
Sebagai catatan, harga minyak mentah Brent melonjak lebih dari 60 persen tahun ini dan mencapai level tertinggi tiga tahun US$86,70 per barel pada 25 Oktober lalu.
Dalam laporan bulanan, OPEC memperkirakan permintaan minyak rata-rata 99,49 juta barel per hari (bph) pada kuartal keempat 2021 atau turun 330 ribu bph dari perkiraan bulan lalu.
“Perlambatan dalam laju pemulihan pada kuartal keempat 2021 sekarang diasumsikan karena kenaikan harga energi,” jelas OPEC dalam laporan itu, seperti dikutip dari Antara, Jumat (12/11).
Sementara itu, Rabu lalu, data AS menunjukkan inflasi tahunan harga konsumen naik pada Oktober menjadi 6,2 persen, tercepat dalam 30 tahun. Inflasi sebagian besar didorong oleh kenaikan harga energi.
Kondisi itu memicu ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang mengerek nilai tukar dolar AS. Pada Kamis lalu, dolar naik ke level tertinggi hampir 16 bulan terhadap euro dan mata uang lainnya karena spekulasi pada kenaikan suku bunga.
Dari sisi konsumsi, OPEC melihat konsumsi dunia melampaui 100 juta barel per hari pada kuartal ketiga 2022, tiga bulan lebih lambat dari perkiraan bulan lalu.
Kepala Ekonomi Julius Baer Norbert Rucker menilai harga minyak berkonsolidasi di bawah US$85 per barel.
“Kita bisa melihat tanda-tanda awal transisi fundamental menuju pasar yang melemah, paling tidak karena permintaan minyak hanya akan tumbuh secara bertahap ke depan dengan peningkatan pasokan minyak serpih AS,” ujar Rucker dalam catatannya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : BeritaSatu.com