Kenaikan Harga Minyak Tertahan
Harga minyak bergerak beragam pada akhir perdagangan Selasa (12/10) atau Rabu (13/10) pagi WIB. Pergerakan yang terjadi setelah mengalami gejolak itu menghentikan reli harga minyak ke level tertinggi dalam beberapa tahun tahun.
Mengutip Antara, Rabu (13/10) ini, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember turun 23 sen menjadi menetap US$83,42 per barel. Padahal pada Senin (11/10) lalu, harga acuan global itu komoditas tersebut tembus US$84,60 per barel yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2018.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November justru menguat 12 sen ke level US$80,64 per barel. Sehari sebelumnya, WTI menyentuh level tertinggi sejak akhir 2014 di US$82,18 per barel.
Sebagai informasi, harga minyak Brent telah naik selama 5 minggu berturut-turut, sementara WTI mencatat kenaikan 7 minggu berturut-turut. Harga kedua jenis minyak itu telah meningkat lebih dari 15 persen sejak awal September.
Secara total, harga minyak jenis Brent telah melonjak lebih dari 60 persen tahun ini. Selain pembatasan pasokan OPEC+, reli harga minyak juga ditopang krisis energi yang terjadi di sejumlah negara, seperti China dan India. Krisis telah memicu kenaikan harga gas alam.
Kenaikan itu memicu sejumlah negara mengalihkan sumber energi mereka ke minyak untuk pembangkit listrik. Namun, kenaikan itu kemungkinan rapuh.
“Orang-orang mulai menyadari bahwa risiko harga energi yang lebih tinggi dapat menggagalkan pertumbuhan,” kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago.
Sejumlah pihak khawatir, kenaikan harga minyak menimbulkan gangguan rantai pasokan yang pada gilirannya menghambat pemulihan ekonomi global dari pandemi.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : insight kontan