Harga Minyak Terseret Kenaikan Dolar AS
Harga minyak tergelincir untuk kedua kalinya pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah persediaan minyak mentah AS naik lebih banyak dari yang diperkirakan.
Melansir Antara, Kamis, 30 September 2021, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November tergerus 45 sen menjadi USD78,64 per barel. Adapun Brent sempat menyentuh level USD80 sebelumnya.
Harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) melemah 46 sen menjadi USD74,83 per barel.
Persediaan minyak mentah AS naik 4,6 juta barel pekan lalu. Angka tersebut melebihi ekspektasi, didorong oleh rebound dalam produksi karena fasilitas lepas pantai yang ditutup setelah dihantam dua badai Teluk AS kembali melanjutkan aktivitasnya.
Pasar juga tertekan oleh penguatan dolar AS yang mencapai level tertinggi satu tahun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Karena minyak ditransaksikan dalam dolar, penguatan mata uang AS membuat komoditas itu lebih mahal.
Harga minyak sebelumnya telah menguat karena ekonomi pulih dari pandemi dan permintaan bahan bakar meningkat, sementara beberapa negara produsen mengalami gangguan pasokan.
Stok minyak, bensin, dan sulingan AS naik minggu lalu, menurut Departemen Energi AS. Produksi AS meningkat menjadi 11,1 juta barel per hari, kira-kira sejalan dengan produksi sebelum Badai Ida melanda sekitar sebulan lalu.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, kemungkinan akan tetap berpegang pada kesepakatan yang ada untuk menambah 400 ribu barel per hari (bph) ke produksinya untuk November pada pertemuan minggu depan.
Melemahnya pasar perumahan Tiongkok dan meningkatnya pemadaman listrik di negara tersebut juga turut memberi sentimen negatif karena setiap kejatuhan untuk ekonomi terbesar kedua di dunia itu, kemungkinan akan berdampak pada permintaan minyak.
Tiongkok adalah importir minyak terbesar dunia dan konsumen bahan bakar fosil terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Sumber : medcom.id
Gambar : Bisnis.com