Harga Minyak Keok Usai Arab Beri Diskon ke Asia
Harga minyak dunia jatuh pada akhir perdagangan Senin (6/9), waktu AS, setelah Arab Saudi memangkas harga jual atas kontrak harga minyak mentah untuk kawasan Asia.
Mengutip Antara, Selasa (7/9), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November melemah 39 sen menjadi US$72,22 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober turun 40 sen menjadi US$68,89 per barel.
Kelompok perusahaan minyak milik negara Saudi Aramco memberi tahu pelanggan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan memotong harga jual resmi (OSP) Oktober untuk semua kadar minyak mentah yang dijual ke Asia, yang merupakan wilayah pembelian terbesarnya, setidaknya US$1 per barel.
Kabar baiknya, pemotongan harga tersebut lebih besar dari yang diperkirakan para penyuling minyak di Asia.
“Ketika raksasa Saudi memangkas harga jualnya ke Asia untuk Oktober, menandakan bahwa hubungan penawaran-permintaan sedikit bergeser, para pedagang tidak bisa tidak mengikuti jalan itu,” ungkap Bjornar Tonhaugen, Kepala Pasar Minyak di Rystad Energy.
Pasokan minyak global meningkat, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari (bph) setiap bulan antara Agustus dan Desember.
“OPEC+ melanjutkan rencananya untuk meningkatkan produksi bulanan, meskipun data lemah dari China dan AS meningkatkan kekhawatiran perlambatan, serta Arab Saudi mencari pangsa pasar di kawasan Asia, minyak kemungkinan tetap di bawah tekanan,” kata Jeffrey Halley, Analis Pasar untuk Asia Pasifik di Broker OANDA.
Penurunan harga minyak mentah berjangka menambah kemerosotan pada akhir pekan lalu usai laporan pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan menunjukkan pemulihan ekonomi tidak merata, yang bisa berarti permintaan bahan bakar lebih lambat selama pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Namun, penurunan harga minyak dibatasi oleh kekhawatiran bahwa pasokan AS akan tetap terbatas setelah Badai Ida. Pemerintah AS melepaskan minyak mentah dari cadangan minyak strategisnya karena produksi di Pesisir Teluk AS sedang berupaya untuk pulih.
Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan mengatakan sekitar 1,5 juta barel per hari produksi minyak di Teluk Meksiko masih ditutup karena Badai Ida. Produksi gas alam 1,8 miliar kaki kubik per hari lainnya juga ditutup.
Data Baker Hughes menunjukkan Badai Ida juga menyebabkan perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam lima minggu. Jumlah rig minyak pekan lalu mencatat penurunan terbesar sejak Juni 2020.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia