BMKG Prediksi Musim Hujan Lebih Lebat dari Biasanya

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi bencana hidrometeolrogi menyusul prediksi musim hujan yang akan datang lebih awal dari biasanya pada tahun ini.

Tidak hanya itu, sejumlah wilayah di Indonesia juga diprediksi akan mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya. Di antaranya yaitu, sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

Atas dasar prediksi musim hujan tersebut, BMKG pun mengimbau pemerintah daerah setempat dan masyarakat untuk mewaspadai, mengantisipasi dan melakukan aksi mitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana.

“Perlu menjadi perhatian bersama, terutama di wilayah-wilayah rawan banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak seiring intensitas curah hujan yang akan terus semakin meninggi,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual, Kamis (26/8).

Dwikorita menjabarkan, dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 14,6 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada September 2021, meliputi Sumatra bagian tengah dan sebagian Kalimantan.

Kemudian 39,1 persen wilayah pada Oktober 2021, meliputi Sumatra bagian selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali. Sementara itu, sebanyak 28,7 persen wilayah lainnya pada November 2021, meliputi sebagian Lampung, Jawa, Bali – Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

“Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis Awal Musim Hujan pada periode 1981-2010, maka Awal Musim Hujan 2021/2022 di Indonesia diprakirakan MAJU pada 157 ZOM (45,9 persen), SAMA pada 132 ZOM (38,6 persen), dan MUNDUR pada 53 ZOM (15,5 persen),” ujar Dwikorita.

Dalam prediksi musim hujan tersebut, BMKG memprediksi lagi bahwa puncaknya untuk periode 2021/2022 akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.

BMKG mewaspadai curah hujan di atas normal di sejumlah wilayah mulai Jawa hingga Sulawesi mulai September mendatang.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerangkan, secara umum sifat hujan selama Musim Hujan 2021/2022 diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya pada 244 ZOM (71,4 persen).

Kemudian sejumlah 88 ZOM (25,7 persen) akan mengalami kondisi musim hujan atas normal (lebih basah dari biasanya), dan 10 ZOM (2,9 persen) akan mengalami musim hujan bawah normal.

“Nah ini yang harus hati-hati, yang di atas normal itu, sebanyak 26 persen zona musim, itu lebih basah dari biasanya,” kata Dwi dalam paparannya, Kamis.

BMKG, kata Dwi, memperkirakan potensi bencana hidrometeorologi akibat curah hujan datang lebih dini mulai September. Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan.

Bentuk hidrometeorologi antara lain berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.

Adapun, Dwi merinci beberapa wilayah yang akan mengalami bencana hidrometeorologi akibat curah hujan tinggi yakni, sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian Selatan, Jawa, Bali, Nusa tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian Barat hingga Selatan.

Lalu ada Sulawesi, Maluku Utara bagian Barat, Pulau Seram bagian Selatan, dan Papua bagian Selatan.

Oleh sebab itu, ia mememinta pemerindah daerah di wilayah tersebut mulai memikirkan langkah mitigasi lebih dini. Terutama wilayah yang lebih rawan banjir, longsor, atau tanah bergerak.

“Untuk itu BMKG mengimbau pemda setempat dan masyarakat di wilayah yang kami sampaikan tadi, perlu mewaspadai mengantisipasi dan melakukan aksi mitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana,” kata Dwikorita.

La Nina di Akhir 2021

Dalam kesempatan sama, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan mengatakan saat ini El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) sama-sama dalam keadaan netral. Keduanya adalah faktor iklim penting yang mempengaruhi terhadap variabilitas curah hujan di Indonesia, terutama pada skala waktu inter-annual.

Namun, berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi/peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina pada akhir tahun 2021. Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022.

Lebih lanjut, Dodo meminta masyarakat untuk lebih mewaspadai kejadian cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir, dan angin puting beliung jelang masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Tidak hanya bencana, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas seseorang melemah sehingga menjadi rentan terkena penyakit.

“Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Waspada bencana hidrometeorologi dan jaga kesehatan selalu,” imbuhnya.

Dodo juga mengatakan bahwa periode musim hujan dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menambah luas tanam, melakukan panen air hujan, dan mengisi waduk/danau yang berguna untuk periode musim kemarau tahun depan.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *