Baru Sentuh Rp 10.700, Dolar Singapura Malah Balik Anjok
Dolar Singapura sukses mencapai US$ 10.700/SG$ pada perdagangan Kamis kemarin. Tetapi belum genap berusia 24 jam di level tersebut, dolar Singapura merosot melawan rupiah pada perdagangan Jumat (30/7/2021).
Melansir data dari Refinitiv, dolar Singapura pagi tadi jeblok 0,51% ke Rp 10.648,35/SG$ di pasar spot, Penurunan 0,5% untuk dolar Singapura terbilang cukup tajam, sebab rata-rata harian di belakangan ini di bawahnya.
Posisi dolar Singapura membaik, pada pukul 10:40 WIB berada di Rp 10.677,6/SG$, melemah 0,24%.
Jebloknya dolar Singapura dipicu ekspektasi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) tidak akan melakukan tapering (pengurangan pembelian aset) di tahun ini. Ekspektasi tersebut semakin menguat setelah rilis data produk domestik bruto (PDB) yang mengecewakan.
Departemen Perdagangan AS kemarin melaporkan PDB tumbuh 6,5% di kuartal II, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya 6,3%, tetapi jauh di bawah estimasi Dow Jones sebesar 8,4%.
Alhasil, pelaku pasar kembali mengalirkan investasinya ke aset-aset berisiko, dan rupiah kembali bertenaga. Aliran modal masuk ke Indonesia, di pasar saham investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp 30 miliar.
Di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) yang mengalami penurunan menjadi indikasi adanya aksi beli, dan kemungkinan oleh investor asing. Apalagi, obligasi Indonesia sedang menarik, dengan yield yang relatif tinggi.
Di pekan ini, lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) laku keras. Permintaan (demand) investor yang masuk sebesar Rp 56,7 triliun, meningkat lebih dari Rp 5 triliun dibandingkan lelang sebelumnya.
Nilai nominal SBSN yang dimenangkan pemerintah sebesar Rp 13,15 triliun, lebih dari target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 12 triliun.
Sementara itu pada pekan lalu, lelang SBN juga ramai peminat, penawaran yang masuk mencapai Rp 95,6 triliun, dan yang dimenangkan sebesar Rp 34 triliun, lebih tinggi dari target indikatif Rp 33 triliun.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Kontan.co