Stok Ivermectin Diprediksi Tembus 7,8 Juta Sampai Akhir Juli

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi memaparkan stok obat terapi covid-19 Ivermectin sampai akhir Juli 2021 diperkirakan sebanyak 7,8 juta. Jumlahnya lebih dari kebutuhan Ivermectin di dalam negeri yang diestimasi 2,02 juta.

Dalam paparan resmi milik Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jumat (16/7), stok obat Ivermectin sebanyak 7,8 juta ini berasal dari tambahan pasokan selama Juli 2021.

Rinciannya, tambahan stok Ivermectin pada minggu kedua Juli 2021 sebanyak 3,1 juta, minggu ketiga Juli 2021 sebanyak 3,1 juta, dan minggu keempat Juli 2021 sebanyak 1,6 juta.

Dengan potensi tambahan dan estimasi kebutuhan di dalam negeri, maka stok obat Ivermectin diproyeksi surplus atau sisa 5,77 juta.

Ivermectin baru-baru ini kembali menjadi perbincangan publik usai BPOM mengeluarkan SE tentang Pelaksanaan Distribusi Obat dengan persetujuan Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization) pada 13 Juli 2021.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga bahkan mengklaim penggunaan Ivermectin sebagai obat terapi covid-19 sudah sesuai prosedur dan melalui izin BPOM.

Ia mengatakan bahwa Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya sempat mengirim surat pengajuan penggunaan darurat Ivermectin ke BPOM.

“Pak Erick sempat mengirim surat untuk meminta EUA dari BPOM secara resmi dan dengan BPOM untuk mengajukan EUA untuk Ivermectin,” kata Arya kepada media.

Sementara, Kepala BPOM Penny K Lukito menegaskan hingga saat ini pihaknya belum menerbitkan EUA untuk Ivermectin. Penny mengatakan EUA obat terapi Covid-19 di Indonesia saat ini hanya diberikan kepada Remdesivir dan Favipiravir.

Dalam paparan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, estimasi kebutuhan Remdesivir di Indonesia sebanyak 1,95 juta. Namun, stok obat tersebut diproyeksi hanya 326 ribu hingga akhir Juli 2021.

Artinya, ada defisit kebutuhan sebanyak 1,62 juta sampai Juli 2021. Begitu juga dengan Favipiravir.

Estimasi kebutuhan Favipiravir mencapai 19,86 juta hingga akhir Juli 2021. Hanya saja, stok obat itu diperkirakan cuma 6,87 juta sampai akhir bulan ini.

Dengan demikian, ada defisit kebutuhan mencapai 12,99 juta sampai akhir Juli 2021. Selanjutnya, estimasi kebutuhan IVIg sebanyak 1,41 juta pada Juli 2021. Sementara, total stok diproyeksi hanya 70.660 sampai akhir bulan ini.

Dengan begitu, terdapat defisit kebutuhan sebanyak 1,34 juta. Lalu, estimasi kebutuhan Tocillizumab mencapai 70.956 di pada bulan ini.

Namun, stok obat itu diperkirakan hanya 2.800 sampai akhir Juli 2021. Artinya, ada defisit kebutuhan sebanyak 68.156.

Untuk itu, Indonesia akan mengimpor Remdesivir, Favipiravir, Interleukin-6 Tocillizumab 39.000 vials, dan Intravenous immune globulin (IVIg).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan saat ini obat-obatan impor itu diterbangkan pesawat carter ke beberapa negara seperti China, India, Bangladesh, dan Mesir.

“Ada beberapa obat yang sekarang diterbangkan dari berbagai negara, kami carter pesawat untuk membawa obat ini,” kata Luhut dalam press briefing secara daring, Kamis (15/7).

Impor obat dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan kasus covid-19 mencapai 100 ribu secara harian. Namun begitu, ia masih berharap kasus harian di Indonesia tak menembus angka tersebut.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *