Dolar AS Perkasa di Tengah Kekhawatiran Pandemi
Dolar Amerika Serikat (USD) menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB). Kekhawatiran tentang pandemi mendorong investor untuk mencari tempat yang aman saat mereka menunggu lebih banyak petunjuk tentang pemulihan ekonomi global.
Mengutip Antara, Selasa, 13 Juli 2021, dengan pasar yang sangat sensitif terhadap pembicaraan tentang tapering (pengurangan pembelian obligasi) lebih awal, data inflasi AS pada Selasa waktu setempat akan diawasi dengan ketat menjelang kesaksian oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu, 14 Juli, dan Kamis, 15 Juli.
Laporan dari seluruh dunia tentang lonjakan infeksi varian virus korona Delta juga merugikan selera investor terhadap aset-aset berisiko. “Kehati-hatian pasar menguasai awal pekan ini membebani sentimen risiko dan mendorong dolar AS,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.
Investor akan melihat data inflasi AS pada Selasa waktu setempat dan kesaksian ekonomi Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu, 14 Juli, dan Kamis 15 Juli, ketika mereka menaksir ekspektasi bagi The Fed untuk memutar kembali stimulus segera setelah tahun ini, kata Manimbo.
“Laporan yang lebih panas kemungkinan akan meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar serta membawa percakapan tapering Fed kembali ke garis depan,” Ronald Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global di Action Economics, mengatakan dalam sebuah catatan.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, naik 0,1 persen pada 92,264. Indeks tetap mendekati level tertinggi tiga bulan di 92,844 yang disentuh minggu lalu. Dolar Australia sering dipandang sebagai proksi risiko yang likuid melemah 0,17 persen.
Sterling jatuh karena Perdana Menteri Inggris Boris Johnson diperkirakan akan mengonfirmasi rencana untuk menghapus hampir semua pembatasan covid-19 yang tersisa di Inggris mulai 19 Juli, meskipun ada lonjakan kasus ke tingkat yang tidak terlihat selama berbulan-bulan. Pound merosot 0,22 persen menjadi 1,3879 dolar AS.
Sementara itu, bank sentral China, People’s Bank of China (PBOC) mengatakan Tiongkok akan memangkas jumlah uang tunai yang harus dipertahankan bank-bank sebagai cadangan, melepaskan sekitar satu triliun yuan (USD150 miliar) dalam likuiditas jangka panjang untuk mendukung pemulihan ekonomi usai covid yang mulai kehilangan momentum.
“Meskipun disambut baik, langkah itu juga menandakan bahwa pihak berwenang khawatir tentang prospek pertumbuhan China, jadi ini berita yang beragam,” kata Marshall Gittler, kepala riset investasi di BDSwiss Holding.
Sumber : medcom.id
Gambar : Cermati.com