Harga Emas Naik Tipis, Minim Petunjuk!

Harga emas dunia di pasar spot minim dinamika di perdagangan pagi ini. Penantian investor akan beberapa agenda membuat harga sang logam mulia minim petunjuk.

Pada Senin (12/7/2021) pukul 07:28 WIB, harga emas di pasar spot tercatat US$ 1.809,39/troy ons. Naik tipis hampir flat di 0,02% dibandingkan hari sebelumnya.

Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan level support harga emas hari ini ada di kisaran US$ 1.789-1.774/troy ons. Sementara level resistance adalah US$ 1.818-1.833/troy ons.

Sedangkan Shrea Paul, Analis Refinitiv, memperkirakan level support harga emas pada bulan ini ada di US$ 1.678-1.650/troy ons. Kemudian level resistance ‘diramal’ US$ 1.856-1.875/troy ons.

Dalam sepekan terakhir, harga emas naik hampir 1% secara point-to-point. Harga bergerak naik selama tiga pekan beruntun.

Namun hari ini, harga emas masih menunggu arahan untuk menentukan target selanjutnya. Pasalnya, pekan ini ada cukup banyak agenda yang akan menggerakkan pasar.

Pertama adalah dibukanya musim laporan keuangan (earnings season) di bursa saham Amerika Serikat (AS). Seperti biasa, kick-off akan dimulai dengan emiten perbankan. Mulai Selasa waktu setempat, JP Morgan Chase, Goldman Sachs, Bank of America, dan bank-bank lain akan mengumumkan kinerja kuartal II-2021.

Berdasarkan konsensus yang dihimpun Refinitiv, laba bersih emiten di S&P 500 pada kuartal II-2021 diperkirakan tumbuh 65,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2021 yang tumbuh 54%.

Apabila kinerja emiten di Wall Street moncer seperti perkiraan, maka pelaku pasar akan mengarahkan pandangan ke pasar saham. Kalau ini terjadi, maka emas kemungkinan bakal ditinggalkan.

Lalu pada Rabu malam waktu Indonesia, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome ‘Jay’ Powell akan memberikan paparan di hadapan Kongres. Powell akan menyampaikan perkembangan ekonomi terkini dan arah kebijakan moneter ke depan.

Agenda ini sangat layak untuk ditunggu. Sebab, kebijakan moneter The Fed akan menentukan nasib nilai tukar mata uang dolar AS.

Jika Powell mengemukakan paparan yang bernada hawkish (seperti ekonomi semakin membaik, kebijakan moneter ultra-longgar sudah bisa dikurangi, suku bunga sudah perlu naik, dan sebagainya), maka bakal menjadi ‘doping’ bagi keperkasaan dolar AS. Dengan pengetatan kebijakan moneter, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS akan semakin mendatangkan cuan.

Sebaliknya, kalau Powell masih kalem dan ngerem, maka dolar AS jadi kurang bertenaga. Ini menjadi sentimen positif bagi harga emas.

Kemudian pada Kamis, China akan mengumumkan laju pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021. Konsensus pasar yang dihimpun Reuter memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda tumbuh 8,1%. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yakni 18,3%.

China, selain AS, diharapkan menjadi lokomotif perekonomian global kala negara-negara lain masih harus bergumul dengan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Oleh karena itu, perlambatan ekonomi di China tentu akan menjadi perhatian pasar.

Menunggu berbagai peristiwa tersebut, investor memilih untuk bermain aman terlebih dulu. Tidak hanya di pasar valas atau saham, ternyata sikap bermain aman pun menular hingga ke pasar komoditas, salah satunya emas.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tirto.ID

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *