Harga Minyak Drop karena Iran, tapi Masih di Atas US$ 70
Harga minyak mentah pada perdagangan perdana pekan ini Senin (7/4/2021) dengan koreksi. Kembali berlanjutnya perundingan antara Iran dengan Dunia Barat minggu ini menjadi fokus pelaku pasar.
Harga kontrak Brent melemah 0,33% ke US$ 71,65/barel. Sementara itu kontrak West Texas Intermediate (WTI) atau yang dikenal juga dengan sebutan light sweet turun lebih sedikit dengan koreksi 0,24% ke US$ 69,45/barel.
Minggu lalu harga si emas hitam terutama untuk Brent tembus ke atas US$ 70/barel karena ekspektasi pemulihan permintaan minyak yang mengungguli pasokan di paruh kedua tahun ini.
Organisasi negara eksportir minyak (OPEC) memperkirakan permintaan minyak untuk tahun 2021 bakal meningkat sebanyak 6 juta barel per hari (bph) atau sekitar 6% dari permintaan global sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Vaksinasi yang terus digeber di berbagai belahan dunia terutama di negara-negara barat membuat optimisme pemulihan ekonomi dan konsumsi minyak dunia membaik. Baik IEA maupun OPEC memprediksi permintaan minyak bakal konsisten mengalami kenaikan dari kuartal kedua sampai kuartal keempat.
Pada kuartal terakhir tahun ini permintaan minyak diproyeksikan sudah sangat mendekati konsumsi sebelum pandemi di 100 juta bph. Perkiraan OPEC lebih tinggi 100 bph ketimbang IEA.
Melansir Reuters, Iran dan Dunia Barat akan memasuki putaran kelima perundingan nuklir pada 10 Juni di Wina yang dampaknya dapat mencakup pencabutan sanksi ekonomi terhadap ekspor minyak Iran oleh Washington.
Sementara utusan Uni Eropa yang mengkoordinasikan negosiasi mengatakan dirinya yakin kesepakatan akan dicapai pada pembicaraan minggu ini. Namun diplomat senior lainnya mengatakan keputusan masih sulit untuk dicapai.
Analis memperkirakan Iran akan meningkatkan produksinya sebesar 500.000 hingga 1 juta barel per hari (bph) setelah sanksi dicabut. Bagaimanapun juga prospek bullish harga minyak masih terasa.
Survei yang dilakukan Reuters terhadap 45 pelaku pasar menunjukkan ramalan harga minyak di tahun ini terus direvisi naik. Survei bulanan yang dimulai pada bulan kesepuluh tahun lalu menunjukkan bahwa rata-rata harga Brent masih diperkirakan di US$ 50/barel.
Di bulan Mei pelaku pasar semakin bullish terhadap prospek permintaan minyak sehingga merevisi naik perkiraan rata-rata harga Brent tahun ini menjadi US$ 64,79/barel, meningkat dari bulan sebelumnya di US$ 64,17/barel.
Jika dibandingkan dengan bulan Oktober tahun lalu maka ada revisi naik sebesar US$ 15/barel atau setara dengan sebesar 30%. Revisi naik ramalan tersebut senada dengan harga kontrak futures Brent sudah naik 38,5% sepanjang 2021.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia