Iran Sambut Baik Niat Rujuk Putra Mahkota Saudi
Iran menyambut baik “perubahan sikap” Arab Saudi yang mengungkapkan niat untuk berdamai dengan Teheran, sebagaimana disampaikan sang putra mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS).
Menurut Iran, niat rujuk Saudi itu dapat membuka jalan ke era baru antara kedua negara yang selama ini berlawanan dan berebut pengaruh di Timur Tengah.
“Republik Islam (Iran) telah menjadi pelopor di jalan kerja sama regional dan menyambut baik perubahan sikap dari Arab Saudi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saaed Khatibzadeh, melalui pernyataan pada Kamis (29/4).
Khatibzadeh mengatakan “dengan mengambil sikap konstruktif,” kedua negara dapat memasuki babak baru interaksi dan kerja sama untuk mencapai perdamaian, stabilitas, dan pembangunan regional, hingga mengatasi perbedaan.
Ia menyampaikan pernyataan itu setelah MbS untuk pertama kalinya mengungkapkan niat negaranya berdamai dengan Iran, musuh bebuyutan Saudi selama ini.
“Iran adalah negara tetangga, dan semua yang kami cita-citakan adalah hubungan baik dan spesial dengan Iran,” kata MbS dalam wawancara televisi yang disiarkan Selasa (26/4) malam.
“Kami tidak ingin situasi Iran menjadi sulit. Sebaliknya, kami ingin Iran tumbuh dan mendorong kawasan serta dunia menuju kemakmuran.”
MbS menuturkan Saudi tengah bekerja dengan mitra regional dan global demi menemukan solusi atas “perilaku negatif” Teheran.
Selama ini, Saudi dan Iran berselisih dan berebut pengaruh di Timur Tengah. Saudi kerap menuding Iran mendukung kelompok teroris dan menyebabkan ketidakstabilan di kawasan.
Riyadh dan Teheran telah memutus hubungan diplomatik sejak 2016. Pemutusan hubungan ini terjadi setelah penyerangan misi diplomatik Saudi oleh pedemo Iran sebagai bentuk protes eksekusi mati seorang ulama Syiah.
Iran dan Saudi juga kerap berbeda pendapat dalam menangani sejumlah isu regional, seperti konflik Suriah hingga Yaman.
MbS tidak menyebutkan ada negosiasi apa pun dengan Iran sejauh ini. Namun, Financial Times melaporkan bahwa delegasi Iran dan Saudi bertemu pertama kalinya pada 9 April lalu di Baghdad. Pertemuan itu difasilitasi Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhemi.
Kepada AFP, seorang pejabat Irak membenarkan pertemuan itu berlangsung secara diam-diam. Seorang diplomat negara Barat mengatakan dia juga telah “diberi pengarahan sebelumnya” tentang upaya “untuk menengahi hubungan yang lebih baik dan mengurangi ketegangan” antara Riyadh dan Teheran.
Namun kedua negara masih bungkam terkait pertemuan rahasia itu.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia