Wow! Emas Melambung Saat Investor Membuang Aset Kripto
Harga emas gagal tembus US$ 1.800/troy ons minggu lalu. Pekan ini sentimen terhadap emas cenderung ‘mixed’ di saat warning terhadap potensi crash lanjutan aset digital cryptocurrency Bitcoin semakin bergaung.
Mengawali perdagangan perdana minggu ini, harga emas dunia di pasar spot naik 0,19% ke US$ 1.780,5/troy ons. Pada minggu lalu harga emas sempat ditutup di US$ 1.793/troy ons. Namun setelahnya harga si logam kuning turun.
Level US$ 1.800/troy ons memang terbukti menjadi resisten kuatnya untuk saat ini. Ketika emas melesat, harga Bitcoin justru ambrol. Hanya dalam kurun waktu 10 hari saja harga Bitcoin drop dari level tertingginya di US$ 63.000/BTC ke bawah US$ 50.000/BTC.
Para analis memberikan peringatan bahwa secara teknikal tekanan jual terhadap Bitcoin kemungkinan masih akan berlanjut. Level support terdekat Bitcoin untuk saat ini adalah US$ 48.000/BTC menurut para analis.
Ada potensi harga emas jatuh ke rata-rata pergerakaan harga 200 harinya di US$ 43.000/BTC. Jika ini terjadi maka cryptocurrency yang pertama kali dicetuskan oleh Satoshi Nakamoto ini benar-benar akan crash.
Popularitas Bitcoin memang membuat emas redup. Selama ini banyak yang berspekulasi bahwa Bitcoin merupakan emas digital dan bisa dijadikan sarana lindung nilai (hedging) saat ada ekspektasi inflasi yang tinggi.
Di saat-saat seperti sekarang ini ketika bank sentral dunia memompa likuiditas lebih dari US$ 12 triliun ke sistem keuangan, banyak yang khawatir inflasi tinggi bakal terjadi. Pasokan uang yang tumbuh dengan pesat bisa memantik terjadinya kenaikan harga.
Hanya saja kali ini investor kurang melirik emas. Aset berupa cryptocurrency lah yang diburu. Terjadi outflow di aset emas sementara Bitcoin kebanjiran inflow. Itulah yang terjadi tahun lalu.
Namun saat Bitcoin jatuh bersama dengan dolar AS dan imbal hasil (yeld) obligasi pemerintah AS yang berada dalam kondisi tertekan, emas seharusnya diuntungkan. Apalagi baru-baru ini ada kabar bahwa Presiden AS ke-46 Joe Biden bakal menaikkan pajak capital gain hingga lebih dari 40%.
Rencana tersebut tentu berpengaruh terhadap aset-aset keuangan seperti saham, dolar AS hingga cryptocurrency.
“Dolar tampaknya tidak menyukai banyak kebijakan yang keluar dari Washington, termasuk kenaikan pajak keuntungan modal baru yang diusulkan oleh pemerintahan Biden. Selain itu, salah satu inisiatif besar berikutnya adalah belanja infrastruktur. Kedua faktor tersebut merusak dolar, dan itu positif untuk emas,” kata pakar logam mulia Gainesville Coins, Everett Millman, mengutip Kitco News.
Minggu ini sentimen terhadap emas juga terpecah. Survei yang dilakukan oleh Kitco menunjukkan pandangan analis Wall Street cenderung terbelah sementara pandangan investor ritel tetap kompak.
Sebanyak 17 analis berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Sebanyak 41% dari responden memperkirakan harga emas akan bullish. Namun sebanyak itu juga responden bersikap netral terhadap logam kuning. Di saat yang sama, tiga analis atau 18% memperkirakan harga emas bakal melemah minggu ini.
Sementara itu, total 850 suara diberikan dalam jajak pendapat terhadap investor ritel di Main Street secara online. Dari jumlah tersebut, 575 responden atau 68% memperkirakan emas bakal naik minggu ini. Sebanyak 154 lainnya atau 28%, mengatakan harga emas bakal lebih rendah, sedangkan 121 pemilih atau 14% netral.
Bagaimanapun juga jika melihat harga, level US$ 1.800/troy ons masih menjadi titik resisten terdekat yang kuat. Apabila emas mampu menembus ke atas level tersebut, maka emas berpeluang semakin naik pamor.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com