Peningkatan Kebutuhan Valas Tekan Rupiah ke Rp14.482
Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.482 per dolar AS pada Rabu (31/3) pagi. Posisi tersebut melemah 0,01 persen dibandingkan perdagangan Selasa (30/4) sore di level Rp14.480 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,19 persen, rupee India melemah 0,97 persen, yuan China melemah 0,03 persen, ringgit Malaysia melemah 0,04 persen, dan bath Thailand terpantau menguat 0,04 persen.
Sebaliknya dolar Singapura menguat 0,09 persen, dolar Taiwan menguat 0,09 persen, won Korea Selatan menguat 0,12 persen, dan peso Filipina menguat 0,06 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,03 persen dan dolar Kanada menguat 0,14 persen. Sedangkan franc Swiss melemah 0,03 persen dan dolar Australia melemah 0,18 persen.
Analis sekaligus Direktur Utama PT Solid Gold Berjangka Dikki Soetopo memprediksi rupiah akan berada di zona merah sepanjang hari ini karena terbebani tingginya permintaan valuta asing (valas) korporasi.
Jelang akhir kuartal pertama 2021, kebutuhan valas memang tinggi karena ada kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya.
“Rupiah jadi banyak dilepas untuk ditukar dengan valas, utamanya dolar AS. Faktor musiman ini yang membuat rupiah melemah,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/3).
Selain itu, tekanan juga datang dari badai margin call yang menimpa saham perbankan AS. Efek badai terhadap pasar keuangan global memicu kekhawatiran pasar.
Beberapa saham perbankan bahkan terkena forced sell (jual paksa) atas posisinya di short selling (jual kosong).
“Sedangkan di pasar obligasi (SBN) sentimen yang membuat yield SBN kembali naik adalah terkait kembali naiknya yield obligasi pemerintah AS (US Treasury),” tandasnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Kompasiana.com