Harga Emas Stagnan, Rupanya Banyak Fund Manager Lepas Barang

Harga logam mulia emas kian membaik belakangan ini. Harga emas sudah kembali ke atas US$ 1.700/troy ons setelah sebelumnya menjadi bulan-bulanan di pasar.

Pada perdagangan kedua minggu ini Selasa (16/3/2021), harga emas di pasar spot cenderung stagnan. Untuk 1 troy ons emas harganya dibanderol di US$ 1.731,88. Harga si logam kuning naik tipis bahkan hampir bisa dibilang stagnan karena apresiasinya hanya 0,02% saja.

Harga emas terus terkoreksi akibat penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil surat utang AS. Emas merupakan salah satu aset yang tak memberikan imbal hasil, sehingga ketika aset safe haven lain seperti obligasi negara terutama Paman Sam memberikan yield yang lebih menarik maka emas cenderung dilego.

Ke depan emas masih menghadapi tantangan yang besar. Prospek ekonomi AS yang membaik dinilai bakal menjadi ancaman terbesar untuk harga emas. Hal ini disampaikan oleh Joe Foster selaku manajer portfolio di VanEck Gold Strategy.

Dalam sebuah laporan Foster menulis bahwa harga emas cenderung mengecewakan sejak bulan November tahun lalu kala berita positif tentang perkembangan vaksin Covid-19 membuat optimisme pelaku pasar membuncah. Investor, trader dan spekulan mulai melihat titik terang bahwa pandemi akan segera bisa ditaklukkan.

Di sisi lain paket stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun membuat outlook perekonomian AS membaik menciptakan euforia di pasar. Oleh karena itu emas sebagai salah satu aset minim risiko bakal menghadapi masa-masa sulit setidaknya untuk paruh pertama tahun ini.

Di bursa berjangka, emas juga terus dilego oleh para fund managers. Laporan dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menunjukkan bahwa para pengelola dana mulai menurunkan posisi beli (long) spekulatif mereka di emas berjangka Comex sebesar 10.385 kontrak menjadi 96.223.

Di saat yang sama, posisi jual (short) naik 6.145 kontrak menjadi 66.793. Posisi beli bersih (net long) emas turun menjadi 29.430 kontrak atau anjlok hampir 36% dari minggu sebelumnya. Selama periode tersebut harga emas turun ke level terendah 10 bulan di bawah US$ 1.700/troy ons.

Namun masih ada satu katalis positif yang bisa membuat harga emas menguat lagi. Ekspektasi inflasi yang berlebihan adalah pemicunya. Ketika ekonomi bangkit dan likuiditas melimpah maka ada ancaman inflasi.

Berbeda dengan mata uang fiat yang bisa dicetak kapanpun serta berapapun, emas cenderung memiliki pasokan yang terbatas dan relatif stabil. Hal inilah yang membuat investor menggunakan emas untuk lindung nilai (hedging), salah satunya adalah terhadap inflasi yang tinggi.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis.com

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *