Dolar AS Jatuh, Penurunan Imbal Hasil Obligasi AS Jadi Pemicu

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) jatuh dari level tertinggi tiga setengah bulan terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB). USD terseret kemunduran imbal hasil obligasi Pemerintah AS menjelang laporan data inflasi penting dan lelang obligasi minggu ini.

Mengutip Antara, Rabu, 10 Maret 2021, mata uang save haven dolar AS merosot 0,46 persen menjadi 91,95, terhadap enam mata uang utama saingannya, setelah mencapai tertinggi tiga setengah bulan di 92,506 selama jam perdagangan Asia.

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS bertenor 10 tahun turun menjadi 1,544 persen setelah mencapai 1,613 persen pada Senin waktu setempat, mendekati level tertinggi 13 bulan. Imbal hasil telah meningkat di tengah ekspektasi bahwa kebangkitan ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan akan memicu lonjakan inflasi.

Kondisi itu terjadi dengan Presiden Joe Biden diperkirakan menandatangani paket bantuan covid-19 senilai USD1,9 triliun pada minggu ini.

“Kami melihat imbal hasil turun setelah kami mendapat beberapa pernyataan menenangkan dari Menteri Keuangan Janet Yellen yang meremehkan prospek inflasi yang tak terkendali,” kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions Joe Manimbo.

Pada Senin waktu setempat, Yellen mengatakan paket bantuan Biden akan memicu pemulihan ekonomi AS yang sangat kuat, dan bahwa ada alat untuk menangani inflasi jika ekonomi berjalan terlalu panas.

Tetapi beberapa pelaku pasar waspada, imbal hasil dapat naik lebih lanjut minggu ini karena pasar mempertimbangkan lelang obligasi pemerintah bertenor tiga tahun, 10 tahun, dan 30 tahun senilai USD120 miliar, terutama setelah lelang ringan minggu lalu dan penjualan surat utang tujuh tahun menunjukkan lonjakan dalam imbal hasil.

“Saya tidak yakin bahwa perputaran ini sudah berakhir. Saya ingin melihat beberapa tindak lanjut untuk membujuk saya,” kata Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex Marc Chandler.

Indeks harga konsumen AS dan data indeks harga produsen, yang akan dirilis pada Rabu waktu setempat dan Jumat waktu setempat, juga akan diawasi dengan ketat.

“Stabilitas kemungkinan akan tetap menjadi tema hari ini menjelang lelang surat utang AS dan rilis inflasi AS besok, yang merupakan risiko jangka pendek untuk pasar valas,” kata Ahli Strategi ING dalam catatan hariannya.

Mata uang terkait komoditas diuntungkan dari penarikan kemunduran imbal hasil, dengan dolar Australia naik 0,9 persen menjadi USD0,7718 dan dolar Selandia Baru naik 0,65 persen menjadi USD0,7174. Euro menguat 0,47 persen menjadi USD1,19035 dan sterling naik 0,58 persen menjadi USD1,3901.

“Prospek ekonomi telah cerah secara global karena percepatan peluncuran vaksin covid-19 di beberapa negara dan juga akibat paket stimulus AS,” kata Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), menaikkan perkiraannya.

Ke depan, pedagang fokus pada pertemuan dua hari Federal Reserve AS minggu depan. Ekspektasi rendah bahwa bank sentral akan mengumumkan perubahan kebijakan besar, setelah Ketua Jerome Powell pekan lalu tidak mengungkapkan kekhawatiran tentang kenaikan imbal hasil obligasi.

 

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : Pikiran Rakyat

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *