Dolar AS Sentuh Level Tertinggi
Dolar AS mencapai tertinggi 3,5 bulan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB). Kondisi itu terjadi di tengah ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dan potensi kenaikan inflasi, yang juga mengirim imbal hasil obligasi Pemerintah AS lebih tinggi.
Mengutip Antara, Selasa, 9 Maret 2021, setelah jatuh 4,0 persen pada kuartal terakhir tahun lalu, dolar telah menguat hampir 2,5 persen sejauh tahun ini karena investor memperkirakan kenaikan luas dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS akan membebani penilaian ekuitas dan mendorong permintaan terhadap mata uang AS.
“Jika kami terus melihat imbal hasil naik, itu akan menjadi sangat positif bagi dolar dan jika tidak ada yang benar-benar menghalangi,” kata Analis Pasar Senior Oanda Edward Moya, di New York.
Biasanya, imbal hasil yang meningkat adalah bullish untuk dolar, sementara imbal hasil yang jatuh adalah bearish untuk dolar Angka pekerjaan AS yang kuat dan persetujuan Senat atas paket pemulihan sebesar USD1,9 triliun dari Presiden Joe Biden juga mendukung dolar.
“Pasar tenaga kerja AS pulih dengan cepat, paket bantuan besar Presiden Biden telah disetujui oleh Senat, dan Amerika telah meningkatkan permainan imunisasinya, mengelola jumlah vaksin yang mencapai rekor akhir pekan ini,” kata Marios Hadjikyriacos, seorang analis investasi di XM, dikutip dari Reuters.
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan dolar yang kuat baik untuk Amerika dan menolak seruan untuk melemahnya greenback.
Imbal hasil obligasi Pemerintah AS berada dalam jarak yang sangat dekat dari tertinggi satu tahun di atas 1,62 persen yang dicapai pada Jumat, kontras dengan imbal hasil obligasi Jerman, yang merosot hampir lima basis poin minggu lalu, menarik euro ke level terendah empat bulan di bawah USD1,19.
Indeks dolar AS naik 0,53 persen pada 92,38 terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, level tertinggi sejak 24 November. Indeks mata uang pasar berkembang MSCI kehilangan 0,8 persen untuk penurunan harian terbesar sejak pandemi mengguncang pasar pada Maret 2020. Indeks merosot ke level terendah tiga bulan di bawah 1.700 poin.
Dengan volatilitas dalam valuta asing, data Indeks Harga Konsumen yang akan keluar pada Rabu dan data Indeks Harga Produsen yang akan dirilis pada Jumat akan diawasi dengan ketat, seperti halnya lelang obligasi AS 10 tahun dan 30 tahun masing-masing pada Rabu dan Jumat.
“Untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, angka inflasi dan lelang obligasi pemerintah akan mulai menjadi masalah. Jika data tidak sekuat yang diperkirakan pasar, maka saya kira kita mungkin akan mengalami sedikit kemunduran dolar,” kata Direktur Pelaksana Strategi Valas BK Asset Management Boris Schlossberg.
Dolar bertahan di level tertinggi sembilan bulan terhadap yen, di 108,875 yen, dan mendekati level tertinggi satu bulan terhadap pound Inggris, di USD1,3839.
Sumber : medcom.id
Gambar : Cermati.com