Rupiah Tertekan ke Rp14.260 Gara-gara Yield Obligas AS Naik
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.260 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (4/3) pagi. Mata uang Garuda melemah 0,11 persen jika dibandingkan perdagangan Rabu (3/3) sore di level Rp14.245 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS.
Kondisi ini ditunjukkan oleh yen Jepang turun 0,05 persen,, dolar Taiwan melemah 0,04 persen, won Korea Selatan koreksi 0,41 persen, peso Filipina turun 0,16 persen, yuan China berkurang 0,02 persen, ringgit Malaysia turun 0,06 persen, dan bath Thailand melemah 0,04 persen.
Sedangkan, rupee India naik 0,88 persen dan dolar Singapura menguat 0,01 persen
Sementara itu, mata uang di negara maju bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Tercatat, poundsterling Inggris melemah 0,14 persen dan dolar Kanada turun 0,02 persen. Namun, dolar Australia berhasil menguat 0,08 persen dan franc Swiss naik 0,02 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pelemahan rupiah pagi ini disebabkan kenaikan kembali tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor jangka panjang, khususnya tenor 10 tahun ke kisaran 1,48 persen.
Kenaikan yield ini seiring dengan prospek pemulihan ekonomi di AS dengan menurunnya kasus baru covid-19 dan kemajuan vaksinasi di AS dan membaiknya data ekonomi AS.
“Semalam data survei sektor jasa menunjukkan sektor tersebut masih bertumbuh di Februari,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Di sisi lain, pelemahan rupiah tertahan sentimen domestik karena Indonesia mengalami kemajuan dalam pengendalian covid-19.
Hal ini ditunjukkan lewat penurunan zona merah dan kasus harian baru. Meskipun demikian, pasar akan mewaspadai berita mengenai varian virus baru dari Inggris yang baru terdeteksi.
“Rupiah berpotensi bergerak di rentang Rp14.200 sampai Rp14.300 per dolar AS hari ini,” tuturnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : JPNN.com