Jangan Sedih! Harga Emas Sedang Dibanting, di Bawah US$ 1.800
Tren kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tidak hanya membuat pasar saham goyang, tetapi juga menekan harga emas secara signifikan. Setelah semalam anjlok 2%, harga emas lanjut mengalami koreksi pada perdagangan pagi hari ini, Jumat (26/2/2021).
Di arena pasar spot harga emas dipatok di US$ 1.767,8/troy ons. Harga bullion turun 0,1% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin.
Harga logam kuning tersebut kembali ambrol ke bawah US$ 1.800/troy ons. Ini merupakan kali ketiga harga emas drop ke bawah level psikologis US$ 1.800 di tahun 2021.
Pagi hari tadi harga saham-saham yang ditransaksikan di bursa New York juga berguguran. Indeks Dow Jones Industrial Average drop 1,75%. Indeks S&P 500 ambles 2,5% dan Nasdaq Composite memimpin pelemahan dengan koreksi sebesar 3,5%.
Akar permasalahan dari tekanan pada harga kedua aset tersebut sama yaitu kenaikan yield surat utang pemerintah AS. Untuk tenor 10 tahun yang sering jadi acuan imbal hasil nominalnya sudah menyentuh 1,5%. Padahal di penghujung tahun 2020, imbal hasilnya masih di bawah 1%.
Kenaikan pesat dalam waktu singkat ini diakibatkan karena pelaku pasar mulai mengantisipasi prospek pemulihan ekonomi dan potensi tingginya inflasi sehingga mereka meminta kompensasi dengan kenaikan imbal hasil.
Kendati The Fed masih akan mempertahankan stance kebijakan moneter longgarnya dengan menahan suku bunga acuan di level yang rendah dan memompa likuiditas melalui program pembelian obligasi senilai US$ 120 miliar per bulan dan dolar AS tertekan emas sulit menjadi primadona.
Padahal secara teori, kondisi tersebut harusnya menguntungkan emas. Berbeda dengan mata uang fiat yang bisa dicetak kapanpun dan berapapun jumlahnya oleh bank sentral, emas merupakan komoditas yang harus ditambang dari perut bumi dan pasokannya relatif stabil sehingga digunakan sebagai aset lindung nilai (hedging).
Namun minat investor untuk memegang emas sangat tergantung pada biaya peluangnya (opportunity cost). Sebagai aset yang tak memberi imbal hasil layaknya dividen pada saham dan kupon pada obligasi emas cenderung diuntungkan ketika imbal hasil surat utang yang juga aset safe haven berada di posisi yang sangat rendah.
Namun kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor acuan 10 tahun yang mencapai 1,5% dan bahkan lebih tinggi dari imbal hasil dividen S&P 500 membuat emas menjadi kurang menarik di mata investor. Itulah mengapa harga emas terus tertekan belakangan ini.
Apabila tren kenaikan imbal hasil obligasi ini terus berlanjut maka harga emas akan semakin tertekan.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis.com