Usai Babak Belur, Harga Emas Dunia Akhirnya Balik ke US$1.800
Harga emas dunia balik lagi ke level US$ 1.800/troy ons. Ekspektasi inflasi yang tinggi membuat harga emas belum mau terjun bebas, mengingat logam kuning tersebut merupakan aset untuk lindung nilai. Salah satunya terhadap devaluasi nilai tukar.
Pada perdagangan Selasa (23/2/2021), harga emas dunia di pasar spot naik tipis 0,05%. Kemarin harga emas kembali tembus US$ 1.800/troy ons setelah tertekan di bawah level tersebut selama empat hari perdagangan beruntun.
Pemicu kejatuhan harga emas belakangan ini adalah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Kenaikan yield membuat biaya peluang memegang emas sebagai aset tak berimbal hasil menjadi lebih mahal dan emas pun dilepas oleh para investor.
Namun adanya ekspektasi inflasi yang tinggi dan kondisi kebijakan makroekonomi yang supportive sebenarnya memberikan lingkungan yang menguntungkan bagi si logam kuning tersebut.
Dolar AS diyakini masih akan tertekan dengan injeksi likuiditas yang berlimpah ke sistem keuangan. Berbeda dengan dolar AS yang bisa dicetak kapan saja oleh bank sentral, emas merupakan komoditas yang harus ditambang dari perut bumi.
Pasokan emas cenderung relatif stabil dibandingkan dengan dolar AS yang sarat akan intervensi bank sentral. Itulah mengapa emas dijadikan sebagai aset untuk hedging ketika devaluasi mata uang terjadi dan berpotensi menimbulkan inflasi yang tinggi.
Pemerintah AS masih terus berupaya untuk menggelontorkan stimulus fiskal bernilai jumbo. Kombinasi Joe Biden dan Janet Yellen dinilai mampu untuk membawa perekonomian terbesar di dunia tersebut pada pemulihan dengan ditopang oleh bantuan fiskal senilai US$ 1,9 triliun.
Dari sisi moneter, bos The Fed yakni Jerome Powell juga berulang kali menegaskan bahwa pengetatan moneter adalah hal yang prematur untuk dilakukan saat ini. Tapering belum akan dilakukan dan suku bunga tak akan dinaikkan setidaknya untuk kurun waktu dua tahun ke depan.
Namun era suku bunga rendah, likuiditas yang berlimpah serta prospek ekonomi yang lebih baik membuat pelaku pasar cenderung agresif dalam berinvestasi. Mereka memburu aset-aset berisiko seperti saham bahkan sampai aset digital semacam Bitcoin yang memberikan cuan lebih tebal.
Meski menuai pro-kontra, nilai kapitalisasi pasar Bitcoin sudah tembus US$ 1 triliun. Sementara itu emas yang dipuja tahun lalu kini cenderung dicuekin bahkan ditinggalkan oleh investor, makanya harga susah balik ke level tertingginya sepanjang sejarah.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Sindonews.com