Peringatan Keras Buat Rupiah, Dolar AS Sepertinya Mau Ngamuk
Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 13.920/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Padahal di awal perdagangan Mata Uang Garuda sempat menguat 0,36% ke Rp 13.860/US$, level terkuat sejak 4 Januari lalu.
Penguatan rupiah hari ini masih terganjal oleh pengumuman kebijakan moneter BI Kamis nanti. BI sebelumnya memberikan sinyal peluang suku bunga kembali diturunkan, sebab pemulihan ekonomi Indonesia masih di bawah ekspektasi BI.
Ketika sukun bunga dipangkas maka, selisih suku bunga di Indonesia dan AS akan menyempit, dan memberikan tekanan bagi rupiah.
Selain itu, indeks dolar AS yang menguat tentunya memberikan tekanan bagi rupiah, dan risiko pelemahan hari ini, Rabu (17/2/2021), cukup besar. Dalam 2 hari terakhir, indeks dolar AS menguat tipis-tipis setelah sempat tertekan di awal perdagangan. Tetapi pagi ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut sudah naik 0,26%. Kenaikan cukup tajam tersebut membuat dolar AS berpeluang “mengamuk” pada hari ini.
Bangkitnya indeks dolar AS tersebut dipicu oleh naik yield obligasi (Treasury) AS ke level tertinggi sejak Februari 2020, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level tang harus diperhatikan. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan dalam jangka panjang masih terbuka.
Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.
Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.
Sementara itu, indikator stochastic sudah masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Masuknya stochastic ke wilayah oversold tentunya memperbesar risiko pelemahan rupiah.
Support terdekat berada di Rp 13.900/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke level psikologis Rp 14.000/US$. Jika dilewati, Mata Uang Garuda berisiko melemah lebih jauh.
Sementara itu jika support ditembus rupiah berpotensi menguat ke Rp 13.855/US$, yang merupakan level terkuat di tahun ini.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : FIN