Rupiah Stagnan di Tengah Penurunan Kasus Covid-19 di Dunia
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.972 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (15/2). Mata uang Garuda stagnan dibandingkan Kamis (11/2) lalu.
Sedangkan won Korea Selatan melemah 0,11 persen, yen Jepang minus 0,07 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,04 persen. Hanya dolar Singapura dan baht Thailand yang menguat, masing-masing 0,08 persen dan 0,05 persen.
Sementara, dolar Hong Kong dan peso Filipina stagnan. Sedang, mata uang utama negara maju kompak menguat dari dolar AS. Hanya rubel Rusia yang melemah 0,01 persen dari mata uang negeri Paman Sam.
Poundsterling Inggris menguat 0,25 persen, dolar Kanada 0,14 prsen, euro Eropa 0,06 persen, franc Swiss 0,04 persen, dan dolar Australia 0,03 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi menguat pada hari ini dengan pergerakan di kisaran Rp13.950 sampai Rp14.030 per dolar AS.
“Rupiah masih berpotensi menguat hari ini dengan sentimen positif dari ekspektasi peluncuran stimulus besar dari pemerintah AS dan menurunnya laju pertumbuhan kasus harian covid-19 di dunia termasuk Indonesia,” kata Ariston.
Sentimen tersebut turut meningkatkan permintaan pasar terhadap aset berisiko dan saham-saham Asia. Kendati begitu, potensi penguatan dolar AS yang memberi sentimen negatif kepada rupiah masih ada.
Potensi itu datang dari pergerakan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun. Kemarin, yield sempat naik ke kisaran 1,21 persen.
“Kenaikan yield ini bisa mendorong penguatan dolar AS,” pungkasnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Portonews.com