Kemenpora Bakal Bantu Leni Haini, Eks Atlet yang Jual Medali

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Sesmenpora Gatot S Dewa Broto memastikan Leni Haini tidak perlu menjual medali emasnya untuk membiayai pengobatan anaknya, Habibatul Fasia yang menderita Epidermolysis bullosa (EB).

Gatot mengatakan pemerintah tidak akan lepas tangan dan bakal membantu pengobatan Habibatul atau yang akrab disapa Habibah. Penyakit Epidermolysis Bullosa (EB) membuat kulit sang anak rapuh dan mudah terluka.

“Soal kesejahteraan atlet memang kami dilematis. Di satu sisi pemerintah sejauh ini hanya menggunakan anggaran sesuai rambu aturan yang ada supaya tidak jadi temuan, tapi bukan berarti kami tidak peduli. Ini kan hak mereka karena mereka pernah berkontribusi positif buat Merah Putih,” kata Gatot kepada CNNIndonesia.com, Senin (15/2).

Sebagai bentuk tindakan nyata, Gatot menyebut Kemenpora akan berkomunikasi dengan Direktur Utama BPJS untuk bisa memberikan bantuan. Selain itu, Kemenpora juga disebut akan berkomunikasi dengan Dispora Jambi, lokasi tempat tinggal Leni Haini dan keluarganya.

Setelah tidak lagi menjadi atlet dayung, Leni diketahui sempat menjadi pelatih. Namun karena gaji yang diterimanya tidak cukup, ia mencari pendapatan lain dengan bekerja sebagai buruh cuci dengan gaji kecil.

Pada 2012, Leni pernah ke Jakarta seiring penyakit kerapuhan kulit yang dialami Habibah, termasuk mendatangi kantor Kemenpora. Saat itu, ia disebut telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.

Namun ternyata kondisi Habibah dikabarkan tak membaik. Di situasi pandemi Covid-19 saat ini, Leni mencoba untuk menjual tiga medali emas yang dipernah diraihnya untuk memenuhi kebutuhannya.

Tiga medali emas diraih Leni saat masih aktif menjadi atlet dayung. Pertama, medali emas SEA Games 1997, medali emas Kejuaraan Dunia Dragon Boat di Hong Kong 1997 dan SEA Games 1999.

“Saya sudah kontak Pak Budiman [Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia] dan kontak Dispora Jambi untuk sementara jadi perwakilan perpanjangan tangan kami. Tapi di sisi lain, beban sakit anak ibu Leni ini panjang. Dulu sudah pernah dibantu.”

“Kami peduli tapi sejauh mana akan kami lihat. Kami tidak menyerah. Kami akan koordinasi dengan pihak tertentu. Meski aturan tidak memungkinkan, masa kami tidak bisa saweran. Kami pernah menangani kasus yang sama saat membantu mantan atlet angkat besi dan voli,” jelas Gatot.

Dikonfirmasi terpisah, Budiman menjelaskan jika masalah yang dialami Leni Haini merupakan kasus lama. Bahkan sejak 2012, baik dari PODSI, komunitas dayung, Kemenpora maupun KONI Pusat sudah secara optimal memberikan bantuan.

“Anaknya sakit berkelanjutan soal pengelupasan kulit. Sampai obat dapat gratis dari pemerintah. Jadi kami harus bagaimana lagi? Saya belum tahu kalau Pemda Jambi. Tapi saya yakin mereka sudah memberikan banyak kemudahan dan bantuan. Kalau mau diurusin, sudah kami lalukan,” tegasnya.

Budiman justru mempertanyakan kepada Leni hal apa lagi yang bisa dibantu. Sebab dari informasi yang diketahuinya, Leni yang mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) secara mandiri kini sedang membutuhkan komputer.

“Saya pikir semua pihak pengurus, Kemenpora waktu mereka ke Jakarta sudah banyak yang menengok, banyak yang memfasilitasi. Di grup komunitas dayung fine-fine saja. Masa terus menerus, mau jual medali. Kami sudah optimal kasih bantuan, mau bantuan apa lagi yang diminta?” tanya Budiman.

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *