BoJ Revisi Prospek Pertumbuhan 2 Tahun ke Depan

Bank of Japan (BoJ) merevisi naik prospek pertumbuhan ekonomi untuk dua tahun ke depan, dan mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar.

Bank sentral Jepang ini mengingatkan pada Kamis (21/1), bahwa pandemi virus corona Covid-19 telah membuat perkiraan yang sebelumnya tampak jelas menjadi mengecilkan kemungkinan.

Namun, untuk tahun fiskal berjalan hingga Maret, BoJ memperkirakan ekonomi kontraksi 5,6% dibandingkan dengan perkiraan Oktober yang kontraksi sebesar 5,5%. Pengumuma BoJ ini disampaikan bersamaan dengan beberapa negara bagian di Jepang, termasuk Tokyo dan Osaka yang berada dalam keadaan darurat, yang mendorong toko-toko dan restoran tutup lebih awal.

Kasus dari wabah Covid-19 di Negeri Sakura ini sendiri masih relatif kecil, yakni sekitar 4.700 kematian secara keseluruhan, walau ada lonjakan tajam kasus pada musim dingin ini. Tetapi bank sentral Jepang melihat akan segera muncul kabar baik dalam laporan kuartalannya, yang diterbitkan setelah pertemuan kebijakan dua hari.

Selama 12 bulan hingga Maret 2022, laju pertumbuhan diproyeksi 3,9% dan 1,8% pada tahun berikutnya. Angka ini berbeda dengan perkiraan sebelumnya masing-masing 3,6% dan 1,6%. Menurut Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda, dampak pandemi Covid-19 secara bertahap akan mereda karena pelaksanaan vaksinasi yang mencapai negara industri yang diikuti oleh negara berkembang.

“Perekonomian dalam negeri kami terus menghadapi situasi yang sulit karena pandemi virus vorona. Tetapi kami telah melihat bahwa tren yang mendasarinya meningkat. Pendapatan perusahaan dan sentimen bisnis secara bertahap membaik, setelah sempat memburuk secara dramatis,” ujar Kuroda kepada wartawan, yang dikutip AFP.

Dia menambahkan, konsumsi individu juga pulih meskipun layanan perorangan, seperti restoran dan hotel terus menghadapi tekanan. “Sambil memantau pandemi, kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan pelonggaran moneter yang diperlukan,” kata Kuroda.

Kuroda berpendapat bahwa dua sumber utama ketidakpastian global yakni Brexit dan pemilihan presiden AS – relatif berjalan lancar. Namun virus corona masih tidak dapat diprediksi.

BoJ memperingatkan dalam laporannya bahwa prakiraan terbarunya dapat berubah tergantung pada konsekuensi Covid-19, dan besar dampaknya terhadap ekonomi domestik dan luar negeri. Harga-harga diperkirakan turun 0,5% dalam tahun berjalan hingga Maret. Namun ada juga kemungkinan harga-harga naik 0,5%, dan bertambah 0,7% selama dua tahun berikutnya.

Selain itu, tingkat suku bunga negatif sebesar 0,1% pada deposito bank tidak berubah, serta kebijakan pembelian obligasi pemerintah yang tidak terbatas. Para pembuat kebijakan BoJ saat ini sedang meninjau taktik moneter sangat longgar, mengingat kritikan yang menuding mereka merugikan kesehatan keuangan bank komersial sambil mendistorsi pasar.

“Jika ada langkah-langkah pelonggaran moneter yang lebih efektif dan berkelanjutan, kami akan menerimanya,” tutur Kuroda.

 

 

 

 

Sumber : investor.id
Gambar : Axios

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *