AP II Bakal Pakai Teknologi Pengenalan Wajah di Bandara
PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II bakal mengembangkan sistem pengenalan wajah (facial recognition) dalam proses validasi data penumpang di bandara.
Untuk mendukung rencana tersebut, perusahaan menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Dukcapil) tentang Pemanfaatan Nomor Induk Kependudukan, Data Kependudukan dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik dalam Lingkup Layanan PT Angkasa Pura II (Persero).
Penandatanganan dilakukan secara online oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin dan Direktur Jenderal Dukcapil Zudan Arif Fakrulloh.
“Nantinya, kami akan mengembangkan proses validasi menggunakan biometric facial recognition yang didukung oleh basis data dari sistem Ditjen Dukcapil, sehingga penumpang bisa melewati seluruh proses keberangkatan dan kedatangan di bandara hanya dengan otentifikasi wajah,” ujar Awaluddin dalam keterangan resmi dikutip Kamis (31/12).
Sebelum penerapan layanan facial recognition itu, pada tahap awal, dukungan validasi data dari Ditjen Dukcapil bisa dimanfaatkan untuk penggunaan QR Code oleh calon penumpang pesawat. Layanan itu dapat mengurangi pemeriksaan identitas secara manual dan mendukung layanan nirsentuh di bandara.
Penggunaan QR Code ini akan mendukung integrasi sistem layanan terkait lainnya seperti boarding pass, dokumen kesehatan, hingga tracing dan tracking terkait covid-19.
Sebagai pilot project, teknologi QR Code dan facial recognition ini akan digunakan di Bandara Banyuwangi dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Namun, ia belum merinci kapan rencana itu terealisasi.
Dalam keterangan yang sama, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkapkan data yang dimiliki Ditjen Dukcapil memiliki fitur spesifik seperti pengenalan wajah (facial recognition) dan sidik jari (fingerprint).
“Fitur spesifik seperti sidik jari kemudian mengenal wajah atau facial recognition itu akan dapat mengetahui (penumpang pesawat), sehingga tidak akan terjadi double (data digunakan orang lain) sebetulnya karena setiap orang memiliki spesifik tersendiri, wajah maupun fingerprint,” ujar Tito yang turut hadir menyaksikan seremoni penandatangan kerja sama itu secara virtual.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia