Rilis Akhir Tahun 2020, Bakamla Pamerkan IMIC untuk Seimbangkan Pemberitaan Asing

Kepala Bakamla Laksdya TNI Aan Kurnia memaparkan capaian kinerja lembaganya sepanjang tahun 2020 ini. Salah satu yang dinilai berhasil adalah penggunaan pusat informasi kemaritiman Indonesia secara mandiri lewat aplikasi Indonesia Maritime Information Center (IMIC).

“Sejak republik ini berdiri belum punya Indonesia Maritime Information Center,” tutur Aan di Mabes Bakamla RI, Jakarta Pusat, Rabu (30/12/2020).

Menurut Aan, peristiwa yang terjadi di perairan Indonesia yang sebelumnya selalu keluar dari International Maritime Bureau, Information Fusion Center dan Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia, dan seringkali tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.

“Ini kita selalu dirugikan report di IMO (International Maritime Organization), padahal hanya sekedar ada mencuri, tapi dibilang ada pembajakan. Kalau ada apa-apa itu nanya-nya jangan ke Singapura, jangan ke Malaysia. Ini kan merugikan Indonesia, disebutnya tidak aman. Sebab itu saya buat IMIC ini. Kita yang kuasai laut kita,” jelas dia.

Aan mengatakan, aplikasi IMIC yang diluncurkan pada 22 Juni 2020 itu dapat diunduh dalam perangkat ponsel baik itu android dan IOS. Seluruh pihak mulai dari kementerian, lembaga, aparat keamanan, hingga pelaku ekonomi pun dapat menggunakan dan bekerjasama dalam melaporkan informasi yang sebenar-benarnya.

“Nelayan, kapal tengker, akademisi. Ini untuk memperkenalkan bahwa ini lho kita negara laut,” tandas Kepala Bakamla ini.

Bakamla Susun Rekomendasi Pengelolaan Perbatasan Laut ke Presiden Jokowi

Kepala Bakamla Laksdya TNI Aan Kurnia menyampaikan, pihaknya akan menggenjot kinerja pada 2021. Sejumlah persiapan pun dilakukan.

Salah satunya dengan telah menyusun rekomendasi pengelolaan perbatasan laut yang akan disampaikan ke Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

“Dalam rangka HUT Bakamla 15 Desember kemarin kita adakan seminar dan akhirnya keluarlah tiga strategi untuk mengelola perbatasan laut,” tutur Aan di Mabes Bakamla RI, Jakarta Pusat, Rabu (30/12/2020).

Strategi yang pertama adalah simbol negara harus hadir di setiap perbatasan laut. Bakamla bersama instasi terkaitd, lanjut dia, harus selalu ada dan siaga agar tidak diremehkan oleh kapal asing.

“Kedua, kita harus eksplorasi. Jadi semuanya sampai ke pelaku ekonomi, akademisi. Dan di sana itu harusnya ada bts-bts supaya jangkauan komunikasi kita bisa sampai ke luar perbatasan pun masih (terkoneksi). Kemarin saya sudah menghadap Kominfo, tanggapannya bagus sekali, kapal-kapal kita akan diberikan BTS-BTS (Base Transceiver Station),” jelas Aan di markas Bakamla.

Yang ketiga, sambung Aan, perlu diplomasi di laut yang dapat dilakukan oleh semua pihak, baik kementerian, lembaga, TNI, Polri, akademisi, hingga pelaku ekonomi.

“Bukan kita nangkapin kapal Vietnam tapi kapal kita nggak ada. Nelayan hadir di sana. Kalau hanya nangkap ngusir nangkap ngusir itu sudah dari dulu. Ini kita susun dan rumusan ini akan kita sampaikan ke Bapak Presiden. Kemarin dari Pak Mahfud juga sambutannya baik. Jadi seminar ini tidak sekedar selesai, tapi ada hasilnya dan akan saya sampaikan ke Pak Presiden,” Aan menandaskan.

 

 

 

 

 

Sumber : liputan6.com
Gambar : Liputan6.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *